Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan lapangan minyak dan gas lepas pantai (offshore) sangat prospektif untuk dikembangkan, utamanya di wilayah Indonesia bagian timur. Namun, banyak tantangan dalam pengembangannya.
Menurut dia, setidaknya ada empat tantangan pengembangan lapangan migas offshore. Tantangan pertama yaitu mencari lapangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Kedua, risiko yang besar.
“Terkadang Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kurang berani untuk melakukan eksplorasi migas di daerah baru,” kata dia seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (11/4). Tantangan lainnya, terbatasnya rig di Indonesia dan besarnya investasi yang harus dikeluarkan.
(Baca: SKK Migas: Pembahasan IDD Tinggal Menunggu Respons Pihak Chevron)
Arcandra menyatakan, untuk mendorong pengembangan lapangan migas offshore, pihaknya akan mempercepat proses administrasi dan perizinan. Dengan begitu, KKKS bisa fokus melakukan pencarian migas.
“Kegiatan yang berhubungan dengan administrasi, baik di Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) maupun di Kementerian ESDM atau instansi lain, itu yang kami percepat dan permudah," ujarnya.
(Baca: Arcandra Akan Percepat Perizinan Migas Blok Pangkah)
Dari segi harga minyak, ia memperkirakan, kisaran yang masih masuk keekonomian untuk lapangan offshore Indonesia yaitu sekitar US$ 50-60 per barel. Meskipun, kisaran ini masih bisa diperdebatkan.
Perhitungannya tergantung keberadaan dan kedalaman lapangan yang harus dieksplorasi. "Tentunya harga di atas itu lebih baik lagi," ujarnya.
Total 427 Sumur Eksploitasi dan Eksplorasi pada 2019
Wakil Kepala SKK Migas Sukandar mengatakan kegiatan eksplorasi sudah semakin aktif dilakukan. Jumlah sumur eksplorasi direncanakan mencapai 82 sumur tahun ini, meningkat lebih dari dua kali lipat tahun lalu yang sebanyak 36 sumur.
Jika rencana tersebut terealisasi, maka ada sekitar 427 sumur eksplorasi dan eksploitasi pada tahun ini. “Tahun depan juga kurang lebih sama," kata dia seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (11/4).
(Baca: Baker Hughes Tawarkan Teknologi Baru untuk Proyek Migas Bawah Laut)
Untuk mendorong eksplorasi, SKK Migas dan KKKS melakukan komitmen investasi sekitar US$ 2 miliar. Dengan tambahan tersebut maka akan semakin banyak pengeboran sumur eksplorasi dan seismik yang dilakukan dalam 10 tahun ke depan.
Komitmen tersebut dinilainya cukup besar. “US$ 2 billion is not small. Ini era baru bagi migas Indonesia," ujarnya.
Ke depan, ia pun menyatakan akan membantu KKKS untuk melakukan kegiatan operasi lebih cepat dan efisien, termasuk dengan membantu menyelesaikan berbagai hambatan, khususnya terkait perizinan.