Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat progres pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) milik PT Freeport Indonesia telah mencapai 97% dari target yang ditetapkan selama enam bulan terakhir yaitu 4,01%.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menjelaskan bahwa saat ini Freeport tengah mempersiapkan pemadatan tanah, sewa tanah, dan Amendemen Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Adapun smelter Freeport akan dibangun di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
"Pokoknya progres smelter Freeport itu sudah capai lebih dari 90% dari kurva S yang sudah ditargetkan," kata Yunus, di Jakarta, Senin (11/3).
Seiring perkembangan positif tersebut, Kementerian ESDM pun mengeluarkan rekomendasi ekspor konsentrat tembaga untuk Freeport sebesar 198.282 wet ton. Rekomendasi tersebut untuk memperoleh Surat Persetujuan Ekspor (SPE) dari Kementerian Perdagangan. SPE Freeport telah habis masa berlaku pada 15 Februari 2019.
(Baca: Amman Kantongi Izin Ekspor, Freeport Masih Terganjal)
Adapun tahun lalu, Kementerian Perdagangan mengeluarkan SPE Freeport sebesar 1.247.866 wet ton. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun ini. Penurunan yang terjadi tahun ini seiring produksi yang lebih sedikit.
Produksi mineral Freeport pada tahun ini sebesar 1,2 juta ton, turun nyaris separuh realisasi produksi tahun lalu yang sebesar 2,1 juta ton. Produksi turun karena adanya transisi dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah (under ground).
(Baca: Pangkal Masalah Perebutan Saham Freeport oleh Pemkab dan Pemprov Papua)
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono memprediksi produksi konsentrat Freeport akan stabil pada 2021. "Nanti setelah itu akan stabil lagi," kata Bambang di Jakarta, Rabu (9/1).