PT Smelting pastikan produksi katoda tembaga tahun ini akan tetap stabil. Pasokan bahan bakunya tidak akan berkurang meski PT Freeport Indonesia (PTFI) sebagai pemasok utama konsentrat tembaga untuk pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) akan mengalami penurunan.
Manager General Affairs PT Smelting Sapto Hadi mengatakan Freeport Indonesia telah berkomitmen akan tetap memasok bahan baku konsentrat tembaga sebesar 1,1 juta ton untuk tahun ini. "Meskipun sekarang ini lagi turun, tetapi komitmen mereka terhadap industri dalam negeri tetap stabil," ujarnya di Jakarta, Senin (11/2).
Tahun ini, produksi tambang PTFI diperkirakan turun menjadi 1,2 juta ton. Padahal, tahun lalu peroduksinya bisa mencapai 2,1 juta ton. Penurunan produksi ini disebabkan adanya dari transisi tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah (underground). Namun, Freeport memastikan penurunan ini hanya sementara untuk tahun ini.
(Baca: Produksi Freeport Tahun Ini Berkurang Hampir Separuh 2018)
Adapun, pada tahun lalu Smelting mengolah 1,1 juta ton konsentrat tembaga dari Freeport. Dari jumlah tersebut, dapat menghasilkan 291 ribu ton produk utama katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99%, serta produk sampingan asam sulfat sekitar 1,04 juta ton dan terak tembaga sekitar 805 ribu ton. Selain dari Freeport, PT Smelting juga mendapat pasokan bahan baku dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (Newmont Nusa Tenggara)
Sebanyak 59% produksi katoda tembaga Smelting dijual ke luar negeri, sisanya 41% lagi untuk pasar dalam negeri. Untuk penjualan ke dalam negeri, paling banyak di pasok ke industri kabel. Sedangkan untuk pasar ekpsor, paling banyak ke negara Jepang dan Korea.
"Paling banyak untuk industri kabel. Downstream-nya untuk otomotif, untuk industri air conditioner (AC) belum berjalan dengan baik," kata Sapto.
Produksi asam sulfat Smelting dipasok untuk kebutuhan industri pupuk dan terak tembaga untuk industri semen. Sapto menjelaskan bahwa terak tembaga yang dihasilkan Smelting mempunyai nilai ekonomis tinggi untuk pasir besi. Produk utamanya, katoda tembaga juga telah tersertifikasi LME Grade A, yang merupakan kategori terbaik.
PT Smelting merupakan pabrik pengelolaan biji tembaga menjadi tembaga murni yang didirikan di Gresik, Jawa Timur pada Februari 1996. Sebagai pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dan kilang tembaga pertama di Indonesia dengan sekitar US $ 500 juta untuk biaya konstruksi langsung.
(Baca juga: Babak Baru Kepastian Pembangunan Smelter Freeport)
Adapun, saham perusahaan ini dimiliki oleh Mitsubishi Materials Corporation sebesar 60,5%, PT Freeport Indonesia sebesar 25%, Mitsubishi Corporation Unimatal Ltd. sebesar 9,5%, dan Nippon Mining and Metals Co. Ltd. sebesar 5,0%.