Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) periode Januari 2019 mulai meningkat dibandingkan Desember 2018. Ini sejalan dengan kondisi global yang ikut mempengaruhi pembentukan harga minyak Indonesia.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan, ICP Januari 2019 sebesar US$ 56,55 per barel, atau naik US$ 1,74 per barel dari Desember 2018. Selain itu, kenaikan harga terjadi pada minyak nasional jenis Sumater Light Crude (SLC) dari US$ 55,63 per barel menjadi US$ 57,46 per barel.

Tim harga minyak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, peningkatan harga ICP dan SLC tersebut sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Januari 2019.

Untuk periode tersebut, tercatat Dated Brent naik sebesar US$ 2,07 per barel menjadi US$ 59,46 per barel. Brent (ICE) naik menjadi US$ 60,24 per barel dari sebelumnya dari US$ 57,67 per barel.

Sementara WTI (Nymex) naik dari US$ 48,98 per barel menjadi US$ 51,55 per barel. Kemudian, Basket OPEC naik sebesar US$ 1,68 per barel menjadi US$ 58,62 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah dunia ini dipengaruhi laporan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang mencatat penurunan produksi minyak dari negara-negara OPEC maupun Non-OPEC sebesar 1,27 juta barel per hari (bph) yang berlaku sejak Januari 2019. Pasokan minyak mentah global Desember juga turun sebesar 350 ribu bph.  

"Ekspor minyak mentah Arab Saudi sebagai salah satu anggota OPEC di bulan Desember 2018 turun sebesar 639 ribu bph menjadi 7,5 juta bph dibanding bulan sebelumnya," dikutip dari website Kementerian ESDM, Selasa (5/2). 

OPEC juga mencatat penurunan jumlah rig minyak global sepanjang Desember 2018 dari 1.944 rig menjadi 1.911 rig. Berdasarkan laporan Baker Hughes di Januari 2019, jumlah rig minyak di Amerika Serikat pada Januari 2019 menurun menjadi 862 rig, dari periode Desember 2018 sebesar 885 rig.

Berakhirnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok setelah kedua negara melakukan pertemuan di Beijing menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan harga minyak mentah di kawasan Asia.

(Baca: Babak Baru Perang Dagang AS vs Tiongkok, Siapa Buntung?)

Pemicu harga minyak lainnya adalah pengenaan sanksi Amerika Serikat kepada perusahaan minyak Venezuela. Hal itu dapat menyebabkan tertundanya pemulihan produksi Venezuela.