Jatah minyak dan gas bumi PT Pertamina (Persero) dari aset luar negeri yang dibawa ke dalam negeri tahun ini meningkat. Penyebabnya adalah kenaikan produksi minyak di beberapa aset.
Direktur Utama Pertamina Internasional EP (PIEP) Denie Tampubolon mengatakan tahun ini jatah minyak yang bisa dibawa ke dalam negeri sebesar 8 juta barel. Adapun, realisasi tahun lalu 6,5 juta barel. “Naik karena ada peningkatan produksi, utamanya dari Afrika dan Middle East,” kata dia di Jakarta, Kamis (17/1).
Adapun, minyak yang bisa dibawa ke dalam negeri dari aset di Timur Tengah tahun ini sebesar 52 ribu barel per hari (bph), sedangkan tahun lalu 45 ribu bph. Dari Afrika, minyak yang bisa dibawa pulang 81 ribu bph, dan tahun lalu 78 ribu bph.
Di sisi lain, ada penurunan jatah minyak dari Asia yakni hanya 30 ribu bph dari tahun lalu sebesar 32 ribu bph. “Di Asia agak turun dikit karena memang ada program maintenance di sana, semacam shutdown jadi berpengaruh ke produksi tahun ini,” ujar dia.
Tidak hanya minyak, produksi gas tahun ini juga meningkat menjadi 300 MMscfd dari tahun 299 MMscfd. Dengan meningkatnya produksi migas, pendapatan PEIP juga ditargetkan meningkat menjadi US$ 1,4 miliar dari, tahun lalu 1,2 miliar.
Adapun, rencana pemboran yang akan dilakukan untuk tahun ini oleh PEIP sebanyak 84 sumur dengan nilai investasi US$ 174 juta. Sedangkan, tahun lalu pemboran dilakukan di 71 sumur, dengan nilai investasi US$ 110 juta.
Denie menyakatan pengeboran sumur dalam pengembangan proyek phase-4 di Aljazair (P4D) diselesaikan lebih cepat dari rencana dan mencatatkan efisiensi biaya sebesar 40%.
(Baca: 5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia)
Namun, di Lapangan Menzel Lejmet North (MLN), Aljazair akan ada shutdown. "Kami juga melakukan efesiensi untuk mempercepat titik pengeboran sumur," kata dia.