Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan hingga akhir tahun nanti ada enam proyek baru yang beroperasi. Dengan begitu, ada tambahan investasi di sektor hulu migas.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan total investasi enam proyek itu bisa mencapai lebih dari US$ 300 juta atau Rp 4,3 triliun.  Selain itu, bisa menambah kapasitas produksi minyak bumi sebesar 15,5 ribu barel per hari (bph) dan 105 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Seluruh proyek tersebut dikerjakan oleh operator migas dalam negeri. "Berdasarkan operator empat proyek dimiliki oleh Pertamina dan dua oleh Medco," kata Wisnu kepada Katadata.co.id, Kamis (13/12).

Pertama, proyek gas optimasi LP Flare SKG Musi Timur. Proyek ini dikerjakan PT Pertamina EP. Investasi pelaksanaan konstruksi (Engineering, Procurement and Construction/EPC) US$ 11,3 juta. Kapasitas fasilitas produksinya 15 mmscfd dengan estimasi produksi puncak sebesar itu. Proyek ini beroperasi Maret 2018.

Kedua, proyek Blok A yang dibangun PT Medco Blok A. Investasinya mencapai US$ 253,7 juta. Kapasitas fasilitas produksinya sesuai dengan puncak produksinya yakni 3.100 bph untuk minyak dan gas 55 mmscfd. Proyek ini sudah beroperasi penuh pada November 2018 lalu.

Ketiga, Proyek gas Lapangan SP oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ. Investasinya US$ 50,7 juta dan kapasitas fasilitas produksi 30 mmscfd dengan puncak produksi sesuai kapasitas. Proyek ini beroperasi sejak Oktober 2018.

Keempat, proyek optimasi fasilitas produksi Lapangan Lica dioperator PT Medco EP Indonesia dengan investasi US$ 8,5 juta. Kapasitas produksi 4.000 bph, estimasi puncak produksi proyek ini sebesar 3.700 bph. "Estimasi onstream pada Desember 2018, saat ini status pekerjaan mencapai 94 %," ujar Wisnu.

Kelima, proyek pembangunan subsea pipeline Lapangan Poleng PT Pertamina EP. Investasi proyek mencapai US$ 16,1 juta. Kapasitas produksi proyek ini sebesar 700 bph dengan estimasi produksi puncak sesuai kapasitasnya. Proyek ini sudah beroperasi pada 13 September 2018.

Keenam, proyek pengganti fasilitas produksi Nibung Lapangan Bunyu yang dikerjakan PT Pertamina EP. Investasi konstruksi proyek ini sebesar US$ 7,2 juta. Kapasitas fasilitas produksinya 7.750 bph untuk minyak dan gas 5 mmscfd. Estimasi produksi puncak sesuai kapasitas fasilitasnya. Proyek ini juga sudah beroperasi November 2018.

Sebenarnya jika ditarik ke belakang, pada laporan semester I 2018, SKK Migas menargetkan proyek fasilitas operasi migas yang akan beroperasi tahun ini hanya lima proyek saja. Yakni Proyek Blok A, optimasi fasilitas Lica, proyek SP, Proyek pembangunan Subsea Pipeline di Lapangan Poleng, dan proyek Pengaliran Gas Temelat ke Gunung Kembang Stasiun.

Namun belakangan SKK Migas mengubah target proyek yang beroperasi tahun ini. Proyek Gathering Station Nibung pengganti Early Production Facility (EPF) Lapangan Bunyu yang dikerjakan oleh PT Pertamina EP sebelumnya tidak masuk. Ada juga penambahan proyek gas optimasi LP Flare SKG Musi Timur oleh Pertamina EP.

(Baca: Lifting Migas Belum Capai Target 2018, Penerimaan Negara Sudah 133%)

Sementara itu Pengaliran Gas Temelat ke Gunung Kembang Stasiun yang dikembangkan oleh PT Medco E&P Indonesia tak masuk dalam daftar terbaru proyek yang beroperasi tahun ini. Padahal ditarget sebelumnya, proyek ini masuk dalam daftar proyek yang akan beroperasi tahun ini, tepatnya akan beroperasi bulan ini. Proyek ini memiliki kapasitas produksi sekitar 13MMscfd dengan puncak produksi 10 MMscfd.