Moody’s Investors Service menurunkan peringkat kredit PT Saka Energi Indonesia menjadi Ba2 dari sebelumnya Ba1. Penurunan juga dilakukan terhadap obligasi global anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) senilai US$ 625 juta yang akan jatuh tempo tahun 2024 tersebut. Sedangkan prospek kredit perusahaan juga negatif.
Analis Moody's Rachel Chua mengatakan, peringkat kredit Saka diturunkan karena melemahnya dukungan finansial dari induk usahanya. Pangkal soalnya adalah dipercepatnya pelunasan sebagian pinjaman Saka dari PGN. Selain itu, ada penurunan cadangan dan produksi perusahaan yang berdampak terhadap metrik kredit pada 2019-2020.
Pada Juli lalu, Saka melunasi pinjaman kepada PGN sebesar US$ 200 juta dari total nilai US$ 838 juta. Pelunasan tersebut atas permintaan PGN, padahal masa jatuh temponya masih lama yaitu Januari 2021.
"Hal ini tidak sejalan dengan ekspektasi awal kami bahwa pinjaman dari pemegang saham akan diperpanjang atau dikonversi menjadi ekuitas. Ini esuai dengan yang pernah terjadi sebelumnya," kata Chua, seperti dalam siaran pers Moody's yang dikutip Rabu (28/11).
Moody berharap ada dukungan luar biasa dari PGN kepada Saka. Apalagi, Saka dipegang sepenuhnya oleh PGN dan masih strategis untuk PGN sebagai satu-satunya anak usaha yang bergerak di sektor hulu.
Di sisi lain, PGN sedang dalam proses akuisisi 51% saham Pertamina Gas (Pertagas). Akuisisi ini bagian dari reorganisasi dalam PT Pertamina (Persero) dengan pembentukan holding BUMN bidang energi. Sejak April 2018, Pertamina memiliki 57% saham PGN.
Selain itu, ada tekanan yang meningkat pada profil operasi Saka. Produksi tahunan Saka akan turun menjadi 42-43 ribu barel minyak setara per hari (kboepd) pada 2019-2020. Adapun produksinya pada semester I 2018 sebesar 55,1 kboepd.
Dalam 12 bulan ke depan, Moody's memperkirakan cadangan migas Saka akan menurun menjadi sekitar 5 tahun. Perkiraan tersebut dengan asumsi tanpa adanya pertumbuhan anorganik melalui aksi akuisisi.
Metrik kredit Saka juga akan tetap lemah selama 12-18 bulan ke depan. Saldo arus kas yang disesuaikan (RCF) /utang sebesar 13% -14%. Sedangkan rasio utang terhadap laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sekitar 5.0 kali.
Untuk mempertahankan peringkat Ba2, ada sejumlah rekomendasi yang diberikan Moody's kepada Saka. Pertama, pendapatan yang tinggi dari kontrak penjualan gas dengan harga tetap jangka panjang. Kedua, biaya operasinya rendah. Ketiga, profil likuiditas yang baik tanpa utang yang jatuh tempo hingga akhir 2020.
Selain itu terdapat pandangan negatif yang mencerminkan meningkatnya ketidakpastian terhadap peran dan pentingnya Saka bagi PGN dan Pertamina. Dengan adanya reorganisasi dan pembentukan holding BUMN tersebut, Moody's menilai mustahil peringkat Saka dapat ditingkatkan.
Meski begitu, prospek peringkat dapat direvisi menjadi "Stabil" dengan kondisi yang dialami PGN saat ini. Catatannya tidak ada perubahan kepemilikan Saka, peran strategisnya sebagai entitas operasi hulu utama PGN. Lalu, hubungan kerja yang erat antara Saka dan PGN.
(Baca: Harga Minyak Rendah, Saka Tetap Mengebor Hingga Empat Sumur Tahun 2019)