PT Saka Energi Indonesia tetap berencana mengebor sumur minyak dan gas bumi (migas) eksplorasi, meskipun harga minyak dunia mengalami tren penurunan. Tujuannya, untuk mencari potensi cadangan migas baru dan bisa meningkatkan produksi.
Vice President Exploration PT Saka Energi Indonesia Rovicky Putrohari mengatakan perusahaannya berencana mengebor tiga hingga empat sumur eksplorasi tahun depan di sejumlah blok migas. Salah satunya di Blok lepas pantai Pangkah Jawa Timur.
Ia mengatakan harga minyak rendah bukan kendala bagi perusahaannya untuk mengebor sumur. Alasannya, dengan harga minyak rendah justru biaya pengeboran menjadi lebih murah.
"Kalau di Saka, seringkali harga minyak tidak mempengaruhi proyek, karena kami tak bisa prediksi. Makanya, kami tetap eksplorasi meski harga rendah," kata Rovicky, di Jakarta, Selasa (27/11).
Mengacu Bloomberg, pada Selasa (27/11) untuk Brent kontrak Januari 2019 mencapai US$ 60,17 per barel. Ini turun 14,1% dibandikan harga dua pekan lalu yang mencapai US$ 70,12 per barel. Sementara harga West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$ 51,27 per barel untuk kontrak Januari 2019. Ini juga turun 14,4% dari harga dua pekan lalu yang mencapai US$ 59,93 per barel.
Pada pengeboran itu Saka akan mengoperasikan satu rig saja. Alasannya adalah efisiensi.
Rig tersebut akan dioperasikan secara bergilir ke wilayah kerja yang akan dilakukan pengeboran. "Sekarang rig masih di South Sesulu, rig itu nanti akan pindah-pindah," kata dia.
Saka Energi saat ini memiliki sejumlah 11 hak kelola di blok migas dalam negeri dan satu di luar negeri. Selain Pangkah, blok yang sudah berproduksi adalah Muara Bakau, Bangkanai, Ketapang, Muriah, dan Blok Fasken yang berada di Amerika Serikat.
(Baca: Saka Minat Perpanjang Kontrak Blok Pangkah)
Sementara lima blok lainnya belum menghasilkan minyak atau gas karena masih dalam tahap eksplorasi. Blok tersebut yakni West Bangkanai, Wokam II, South Sesulu, Pekawai dan West Yamdena.