Inpex Corporation telah menyelesakan kajian desain awal (Pre-Front End Engineering Design/FEED) Blok Masela. Namun, sampai saat ini, kajian itu masih dievaluasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan evaluasi SKK Migas menyangkut biaya yang diajukan perusahaan Jepang itu untuk menggarap Proyek Masela. “Lagi dilihat cost structure-nya. Kami lihat benar atau tidak angkanya,” kata dia di Jakarta, Kamis (22/11).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, sebenarnya Pre-Feed yang diajukan Inpex sudah disetujui, tapi dengan beberapa catatan. Mereka harus memperbaikinya ketika masuk tahap FEED. Selain itu, Kementerian ESDM juga sudah membahas proposal pengembangan lapangan (Plan of Development/PoD).
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah mengungkapkan besaran biaya pengembangan Blok Masela mencapai US$ 16 miliar. "Blok Masela cost-nya US$ 16 miliar," kata dia dalam sarasehan dan diskusi nasional migas di Jakarta, Rabu, (8/8).
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menargetkan persetujuan proposal pengembangan (Plan of Development/PoD) Blok Masela bisa diberikan tahun ini. Sedangkan, Inpex berjanji mengajukan PoD secepatnya. "Inpex janji cepat mengajukan yakni bulan depan, " kata dia di Jakarta, Senin (29/10).
Selain mempercepat pengembangan Blok Masela. Pemerintah juga memberikan tambahan kontrak ke Inpex selama tujuh tahun.
(Baca: Jadwal Produksi Gas Blok Masela Dipercepat Sebelum 2027)
Perpanjangan itu diberikan karena adanya perubahan skema pengembangan. Awalnya, Inpex Corporation, mengajukan pengelolaan menggunakan skema kilang apung di laut. Sedangkan pemerintah memutuskan menggunakan skema kilang di darat. “Tujuh tahun sudah kami berikan," kata Djoko.