Porsi pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar gas bumi akan dikurangi dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019 hingga 2028. Alasannya adalah mahalnya harga gas bumi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
Direktur Utama PLN Sofyan Basir khawatir jika harga gas tinggi bisa memicu kenaikan tarif listrik. Apalagi gas saat ini digunakan saat beban puncak.
Sebagai alternatif, PLN mengusulkan agar penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) ditingkatkan. Jadi, pembangkit listrik yang bersumber dari EBT bisa digunakan juga saat beban puncak.
Cara itu bisa diambil, karena harga EBT lebih murah daripada menggunakan gas. PLN bisa mengandalkan pembangkit EBT seperti Pembangkit Panas Bumi (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"Kalau semua menggunakan gas kan tarif harus naik. Ke depan itu peaker-nya diganti air, Pembangkit listrik panas bumi, karena jauh lebih murah," ujar Sofyan usai rapat RUPTL di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (22/11).
Namun Sofyan belum bisa merinci berapa persen penurunan bauran penggunaan gas pada pembangkit PLN nantinya. Yang jelas, sesuai arahan Menteri ESDM, PLN akan menggunakan gas dari mulut sumur untuk kebutuhan pembangkit listrik.
Namun demikian pembahasan RUPTL ini belum final dan akan terus dibahas, hingga nantinya disetujui oleh Menteri ESDM. "Ini kan baru pra, belum ada detailnya," kata Sofyan.
Adapun renana pembatasan harga gas bumi untuk sektor kelistrikan tidak dibahas dalam rapat tersebut. Padahal hasil Rapat Panitia Kerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan PLN yang meminta harga gas untuk pembangkit listrik sebesar US$ 6 per mmbtu. "Belum ada, baru bicara sama Direktur Jenderal Ketenagalistrikan," kata Sofyan.
(Baca: Pembatasan Harga Gas Bisa Ganggu Keekonomian Proyek Hulu)
Tak hanya pemakaian gas yang dikurangi, dalam penyusunan RUPTL kali ini, PLN juga akan mengurangi pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) pada pembangkit, demi energi bersih. Adapun, pemakaian batu bara diperkirakan akan sama seperti RUPTL sebelumnya.
Sedangkan, pembangkit EBT akan terus ditingkatkan salah satunya dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga biomassa. Jika mengacu RUPTL 2018-2027, target energi terbarukan adalah 23% dari total. Lalu Batu bara sebesar 54,4%, gas 22,2% dan Bahan Bakar Minyak (BBM) 0,4%.
Tak hanya itu, pada RUPTL kali ini, PLN juga akan menyesuaikan jumlah gardu induk dan transmisi untuk kebutuhan 10 tahun mendatang. "Transmisi sama gardu induk saja dikurangi," kata Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvie F. Roekman. Pengurangan ini sejalan dengan rencana PLN untuk membangun gardu induk dan transmisi secara bertahap.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pembahasan RUPTL 2019-2028 akan terus berlanjut dan akan ditetapkan awal tahun depan. "Nanti ditetapkan Januari 2019," kata dia.