PT Pertamina (Persero) masih mengkaji lokasi pengganti pembangunan kilang minyak di Tuban. Salah satu opsinya yakni di Situbondo. Namun, ada beberapa kendala jika kilang minyak itu dibangun di Situbondo.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan salah satu risiko membangun kilang minyak di Situbondo adalah, daerah tersebut menjadi tempat latihan militer. “Berbahaya dari sisi safety-nya. Ada sekian kali latihan per tahun, tidak hanya dari dalam negeri tapi negara yang diundang,” kata dia di Jakarta, Rabu (7/11).
Risiko lain pembangunan kilang minyak di Situbondo adalah lokasinya berdekatan dengan gunung api yang masih aktif, yakni Ijen. Untuk memastikan ini, Pertamina menggandeng Badan Geologi. Badan Geologi akan mengkaji apakah lokasi itu memang berdekatan dengan Gunung Ijen atau tidak.
Awalnya, Pertamina ingin membangun kilang minyak di Tuban, Jawa Timur. Namun, mitra Pertamina dalam membangun kilang minyak itu, yakni Rosneft keberatan dengan skema bagi hasil dan penyerahan aset pada akhir masa pakai tersebut. Perusahaan asal Rusia itu ingin adanya kepemilikan lahan tersebut.
Alhasil, saat ini Pertamina berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan untuk menggunakan skema tukar menukar lahan. Jadi lahan KLHK akan ditukar dengan aset Pertamina. Ini dimungkinkan karena izin prinsip dari Menteri Keuangan untuk skema KSP berakhir 14 Maret 2018. Jika skema tukar menukar ini disetujui Menteri Keuangan, langkah selanjutnya meminta persetujuan Presiden Joko Widodo.
Akan tetapi, jika skema tukar menukar ditolak, Pertamina menyiapkan alternatif lain. “Jadi kami cari opsi lain dengan menggunakan lahan milik BUMN lain yakni PTPN," kata Nicke dalam rapat dengar pendapat Pertamina dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Rabu (23/5).
(Baca: Pertamina Buka Opsi Pindahkan Lokasi Kilang Tuban ke Lahan PTPN)
Adapun alternatif lahan tersebut adalah lahan milik PTPN XI dan XII di Asembagus Situbondo Jawa Timur. Luasnya mencapai 807 hektare.