Tingginya harga jual batu bara ternyata tidak bisa mendongkrak laba bersih PT Adaro Energy Tbk. Laba bersih PT Adaro Energy Tbk selama sembilan bulan pertama tahun 2018 justru turun 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selama Januari hingga September 2018, perusahaan besutan Garibaldi Thohir ini mencatatkan laba bersih US$ 312,7 juta atau Rp 4,7 triliun. Padahal, periode yang sama tahun lalu bisa US$ 372,4 juta atau Rp 5,6 triliun.
Tingginya harga jual batu bara memang meningkat pendapatan usaha. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2018, pendapatan usaha Adaro selama sembilan bulan terakhir mencapai US$ 2,6 miliar atau naik 8,3% dari periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan pendapatan itu juga ditopang produksi batu bara yang selama Januari hingga September 2018 mencapai 38,98 Metric ton (Mt). Angka ini lebih tinggi 14% dari kuartal II tahun 2018 karena mulainya musim kemarau dan kondisi cuaca yang jauh lebih baik.
Dalam periode tersebut, beban pokok pendapatan Adaro juga naik 13% menjadi US$ 1,7 miliar. Kenaikan beban pokok pendapatan ini disebabkan kenaikan biaya penambangan akibat kenaikan volume pengupasan lapisan penutup yang juga mendorong kenaikan nisbah kupas, kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan pembayaran royalti kepada Pemerintah RI akibat kenaikan harga jual rata-rata.
Sejalan dengan kenaikan aktivitas operasional, konsumsi bahan bakar naik 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Alhasil, biaya bahan bakar juga naik 19% dari periode sembilan bulan pertama tahun 2017.
Untuk mengelola risiko fluktuasi bahan bakar, Adaro telah melakukan lindung nilai untuk sekitar 20% dari kebutuhan bahan bakar untuk tahun 2018 pada harga yang lebih rendah daripada anggaran.
Bagian atas kerugian neto ventura bersama Adaro Energy sebesar US$ 65,7 juta. Tahun lalu, perusahaan masih medapatkan keuntungan sebesar US$ US$ 7,1 juta.
Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir tetap memiliki keyakinan terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang. “Kami terus mengeksekusi prioritas strategis untuk memastikan penciptaan nilai yang berkelanjutan dan di saat yang sama mempertahankan posisi keuangan yang sehat serta menghasilkan laba yang tinggi,” ujar dia berdasarkan keterangan resminya, Rabu (31/10).
Sementara itu, kas dan setara kas perusahaan turun 25% menjadi US$ 964,7 juta dari posisi akhir tahun lalu. Adapun, total aset perusahaan bernilai sebesar US$ 7,1 miliar.
(Baca: Produksi Batu Bara Adaro Januari-September Turun dari Tahun Lalu)
Liabilitas Adaro mencapai US$ 2,8 miliar. Perinciannya, liabilitas jangka pendek US$ 926,62 juta dan jangka panjang US$ 1,9 miliar.