PT Pertamina (Persero) dan PT Energi Mega Persada (EMP) sepakat untuk melakukan transaksi jual beli minyak bumi menggunakan mata uang Rupiah. Tujuannya, untuk memperkuat cadangan devisa Indonesia.

Vice President of Investor Relation EMP Herwin Wahyu mengatakan nantinya Pertamina akan membayar minyak dari perusahaannya menggunakan Rupiah. Ini sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan sekitar dua bulan lalu.

Pertamina akan mendapatkan pasokan minyak dari seluruh hasil produksi perusahaan Grup Bakrie tersebut, termasuk yang selama ini diekspor. "Jadi sejak dua bulan lalu hampir seluruh produksi minyak kami jual ke Pertamina dan penerimaannya dalam rupiah," kata Herwin kepada Katadata.co.id, Selasa (30/10).

Mengacu laporan EMP tahun 2017, produksi minyak tahun lalu hanya 1.617 barel per hari (bph). Padahal tahun 2016 bisa 8.650 (bph).

Sedangkan produksi gas tahun lalu hanya 156 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Tahun sebelumnya bisa 201 mmscfd.

Menurut Herwin, meski transaksi dalam rupiah perusahaannya tidak mengalami kerugian kurs dari transaksi tersebut. Ini karena tingkat kurs ditetapkan sesuai dengan yang terjadi saat kesepakatan.

Sementara itu, tiga bulan pertama 2018, perseroan hanya bisa membukukan laba bersih US$ 1,9 juta. Beban keuangan yang besar membuat laba EMP anjlok dari US$ 67,2 pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, nilai transaksi itu masih dirahasiakan. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto pernah mengatakan EMP menjual minyaknya ke Pertamina dengan formula harga minyak Indonesia ditambah US$ 2 per barel.

(Baca: Sinyal Kebangkitan Bisnis Migas Grup Bakrie)

Herwin berharap transaksi jual beli minyak menggunakan Rupiah ini bisa menguatkan kurs. Selain itu, uang tersebut bisa dipakai untuk operasional EMP di Indonesia, misalnya untuk menggaji karyawan atau membayar pajak.