PT Vale Indonesia Tbk akan menghentikan sementara operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lorona di Sulawesi Selatan. Penghentian ini untuk melakukan perbaikan rutin di pembangkit tersebut.
Penghentian operasional ini kurang lebih berlangsung selama 10 pekan. Dengan perawatan ini harapannya, debit air meningkat. Alhasil, listrik yang dihasilkan pun lebih tinggi.
Senior Manager Vale Indonesia Budi Handoko mengatakan perbaikan ini memang sudah sejlan rencana perusahaan. "PLTA Larona akan meningkat, sejalan dengan rencana peningkatan produksi mendekati 90 Mt tahun 2022," kata dia, kepada Katadata.co.id, Jumat (26/10).
PLTA Larona ini juga memasok listrik ke pabrik peleburan dan pengolahan biji nikel. Jadi, harapannya bisa menopang produksi juga pascaperawatan pembangkit.
Selain Larona, Vale memiliki pembangkit lain yakni PLTA Balambano, PLTA Karebbe. Mereka juga memasok ke pabrik nikel.
Sementara itu, Vale merevisi target produksi setahun penuh pada 2018 menjadi 75.000 ton. Sebelumnya, pada kuartal II perusahaan menargetkan produksi 77.000 ton sampai akhir tahun. Ini juga untuk mempertahankan fokusnya terhadap peningkatan efisiensi biaya dan mempertahankan daya saing dalam jangka panjang.
Adapun, perusahaan mencatat sampai kuartal III produksi nikel Vale 18.193 metrik ton (mt). Jumlah ini lebih rendah dari produksi pada kuartal II 18.893 ton. Sedangkan, total penjualan Vale US$ 205 juta.
(Baca: Produksi Turun, Vale Pangkas 2,6% Target Hingga Akhir Tahun)
Secara keseluruhan sejak awal Januari hingga September 2018, produksi nikel dalam matte Vale hanya 54.227 t. Ini lebih rendah dari periode sama tahun lalu dengan perolehan 57.494 t. Selain pemeliharaan, penyebab lainnya adalah tingkat kandungan nikel rata-rata lebih rendah di 2018