Capaian rasio elektrifikasi di Indonesia sudah mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Meski begitu, pemerintah tetap meningkatkan rasio elektrifikasi tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebutkan rasio elektrifikasi hingga kuartal III tahun 2018 mencapai 98,05%. Sedangkan di RPJMN, target hingga 2019 bisa hanya 95%.
“Ini kan sudah lebih. Jadi pemerataan kelistrikan lebih penting dibanding membahas pembangkitnya jadi berapa,” kata dia saat paparan kinerja pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu (24/10).
Jonan mengatakan hingga akhir tahun, target rasio elektrifikasi ini akan meningkat 98,5%. Sedangkan di tahun 2019 akan lebih tinggi mencapai 99,9%.
Selain itu, pemerintah juga memutuskan sampai 2019, tarif dasar listrik tidak akan naik. “Pemanfaatan energi itu ketersedian dan keterjangkauan,” ujar dia.
(Baca: Tarif Listrik Tak Naik Hingga Akhir Tahun)
Peningkatan rasio elektrifikasi ini juga mendongkrak konsumsi listrik. Selama kuartal III tahun 2018, konsumsi mencapai 1.048 kWh per kapita. Targetnya 1.129 kWh per kapita.
Sedangkan tahun 2017 konsumsi hanya 1.012 kWh per kapita. Tahun 2016, mencapai 956 kWh per kapita. Tahun 2015 adalah 918 kWh per kapita dan tahun 2018 hanya 878 kWh per kapita.
Adapun, kapasitas terpasang pembangkit hingga September 2018 hanya 62,4 Gigawatt (GW). Padahal targetnya, 66 GW.
Untuk program 35 GW hingga saat ini yang beroperasi hanya 2.614 GW. Lalu, yang sudah konstruksi 17.678 GW. Kemudian, proses pengadaan 2.153 GW. Tahap perencanaan sudah mencapai 984 GW. Sedangkan yang sudah berkontrak tapi belum konstruksi ada 11.906 GW.