Pengelolaan Blok Tengah kini resmi melebur ke kontrak Blok Mahakam. Ini seiring dengan berakhirnya kontrak lama Blok Tengah pada 4 Oktober 2018.
Penggabungan dua blok ini sudah berlaku efektif 5 Oktober 2018. “Tadinya dua wilayah kerja digabung jadi satu sekarang" kata Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina Ida Yusmiati kepada Katadata.co.id, Selasa (23/10).
Sebenarnya Pertamina sudah menjadi pengelola Blok Tengah sejak menjadi operator Blok Mahakam 1 Januari 2018. Namun, masih menunggu kontrak Blok Tengah berakhir.
Kontrak Blok Mahakam berakhir 31 Desember 2017. "Dari dulu sebetulnya operator Blok Tengah dirangkap Pertamina Hulu Mahakam. Ini karena aset Blok Tengah merupakan unitisasi dengan blok Mahakam," kata Ida beberapa waktu lalu.
Adapun pemerintah menyerahkan pengelolaan 100% Blok Tengah ke Pertamina Mei lalu. Blok Tengah nantinya akan tetap menggunakan skema cost recovery. Artinya biaya operasional yang dikeluarkan kontraktor diganti negara.
Salah satu alasan penggabungan itu adalah struktur Blok Tengah yang tergabung di Mahakam. Alhasil ini bisa menjadi ekonomis jika pengelolaannya digabung. "Lebih efisien pengelolaannya dan tidak perlu organisasi terpisah," kata Ida.
Sementara itu, mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), hingga kuartal III 2018 produksi siap jual (lifting) minyak di Blok Mahakam masih di bawah target. Capaiannya baru 44.346 barel per hari (bph). Padahal target di APBN 2018 sebesar 48.271 bph.
(Baca: Pertamina Ungkap Penyebab Lifting Blok Mahakam Tak Tercapai)
Menurut Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher, PHM belum memenuhi target lifting karena terkait teknis pengeboran. “Di PHM ada penundaan pemboran terkait pemilihan rig,” ujar dia beberapa waktu lalu.