Disorot Fitch, Pertamina Akui Laba Bersih Tahun Ini Turun

Arief Kamaludin|KATADATA
17/10/2018, 15.36 WIB

PT Pertamina (Persero) tidak membantah laba tahun 2018 akan turun. Ini merespons laporan Fitch Rating yang menyebutkan beban keuangan Pertamina akan bertambah berat karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium tidak naik. Bahkan, peringkat utang perusahaan pelat merah itu terancam turun.

Namun, Direktur Keuangan Pertamina Pahala Nugraha Mansury mengatakan perusahaannya tahun ini tetap mencetak laba, meskipun lebih rendah daripada tahun lalu. Sayangnya, angkanya belum bisa dipublikasikan. “Tentunya berkurang, tapi kami masih akan membukukan laba sampai akhir tahun,” kata dia di Jakarta, Rabu (17/10).

Adapun, laba bersih Pertamina tahun 2017 sebesar US$ 2,4 miliar atau Rp 36 triliun (menggunakan kurs Rp 15.173 per US$). Sedangkan tahun ini, target laba bersih Pertamina masih sama dengan realisasi tahun 2017. Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno pernah menyebut, laba bersih Pertamina pada semester I tahun 2018 tidak sampai Rp 5 triliun.

Sementara itu, berdasarkan publikasi Fitch Rating, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisas Pertamina sepanjang tahun 2018 akan turun di bawah US$ 6 miliar. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai US$ 6,9 miliar.

Penurunan itu karena pemerintah menahan harga Solar dan Premium di saat harga minyak terus meningkat. Alhasil, Pertamina harus menanggung beban selisih harga keekonomian dengan dijual ke masyarakat.

Penambahan subsidi Solar menjadi Rp 2.000 per liter dari Rp500 per liter itu pun tidak membantu signifikan. Namun, harga Solar dan Premium yang dijual Pertamina ditambah subisidi itu masih di bawah harga pasar sekitar 60% -75%.

Bahkan, pemerintah masih harus membayar dana talangan Pertamina. Tahun 2017, dana yang harus dibayarkan pemerintah sekitar US$ 2 miliar. Semester I tahun 2018 sekitar US$ 1,2 miliar. Angka itu akan naik lagi di semester II tahun 2018 mengingat harga minyak dunia meningkat.

Fitch memprediksi keuangan Pertamina masih akan tertekan 12 bulan ke depan. Apalagi, pemerintah akan kesulitan untuk menaikkan harga BBM di tahun politik jelang pemilihan umum presiden (Pilpres).

(Baca: Tersandera Harga BBM, Laba Pertamina Diprediksi di Bawah US$ 6 Miliar)

Jika tidak ada perubahan, ini akan berpengaruh terhadap kemampuan membayar utang Pertamina. “Profil kredit Pertamina dari 'BBB-' dapat melemah jika tidak ada peningkatan profitabilitas hilir,” dikutip dari siaran pers Fitch, Selasa (16/10).