Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak ada proyek hulu minyak dan gas bumi (migas) yang mundur jadwal operasinya meski ada pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Sebelumnya, pemerintah berencana menunda beberapa proyek untuk mengurangi impor.

Adapun, proyek strategis nasional di sektor hulu ada empat. Proyek itu yakni Lapangan Abadi, Masela yang digarap Inpex Corporation. Lalu, Proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development) dioperatori Chevron. Proyek Tangguh Train 3 oleh BP. Ada juga Proyek Pengembangan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru oleh PT Pertamina EP.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan proyek hulu Blok Masela yang nantinya tetap berjalan sesuai target. Apalagi Blok Masela sudah masuk dalam proses kajian desain (pre-FEED). "Tidak ada yang mundur karena komitmen sudah di awal," kata dia di Jakarta, Rabu (5/9).

Meski tidak ada penundaan, Menurut Djoko, SKK Migas akan mengawasi penggunaan komponen lokal. Ini untuk mengurangi impor. Kewajiban penggunaan komponen lokal sudah diatur dalam Pedoman Tata Kerja Nomor 007 tahun 2017.

Demikian juga untuk proyek kilang. Djoko mengatakan saat ini pembangunan proyek kilang belum masuk tahap konstruksi sehingga belum ada komponen material yang diimpor. Jadi, pengerjaan proyek kilang masih sesuai jadwal. "Kalau kilang tidak ditunda, kan belum jalan," ujar dia.

(Baca: Proyek Strategis Migas dan Listrik Ditunda Demi Rupiah)

Akan tetapi, Djoko akan menyurati Pertamina untuk membuat daftar perusahaan manufaktur dalam negeri yang memenuhi kualifikasi untuk ikut dalam tender. Tujuannya, untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) proyek Pertamina.  Beberapa perusahaan yang bisa menunjang proyek migas Pertamina seperti Bakrie Pipe dan juga Krakatau Steel.