Produksi minyak dan gas bumi (migas) PT Pertamina (Persero) sejak awal Januari hingga Juli 2018 berhasil meningkat sekitar 30%. Produksi itu disumbang dari blok migas yang ada di dalam dan luar negeri.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan salah satu penyebab produksi naik adalah akuisisi aset dalam dan luar negeri. “Dengan gross split kami juga berkomitmen spending uang untuk eksplrasi di blok open,” ujar dia, Selasa (28/8).
Hingga Juli 2018, produksi migas mencapai 907 ribu barel setara minyak (bsmph). Padahal, periode yang sama tahun lalu hanya 693 ribu bsmph.
Jika dirinci maka produksi minyak selama tujuh bulan pertama tahun 2018 ini mencapai 380 ribu barel per hari (bph). Adapun gasnya sebesar 3.056 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Produksi 907 itu terdiri dari produksi dalam negeri sekitar 752 ribu bsmph. Sisanya berasal dari sumbangan produksi blok migas di luar negeri.
Salah satu blok yang menopang produksi Pertamina adalah Blok Mahakam, di Kalimantan Timur yang dikelola sejak 1 Januari 2018. Namun, jika mengacu data SKK Migas, hingga awal Agustus 2018 produksi Blok Mahakam belum mencapai target.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan produksi gas Blok Mahakam baru mencapai 957 mmscfd per 5 Agustus 2018. Padahal, target di Rencana Kerja Anggaran (RKA) Pertamina tahun ini mencapai 1.008 mmscfd.
Sementara untuk produksi minyak, capaiannya baru 43 ribu bph pada 5 Agustus 2018. Realisasi ini lebih rendah dari target dalam RKA Pertamina sebesar 46 ribu bph.
(Baca: Kinerja Blok Mahakam Dinilai Lebih Tinggi daripada Prediksi Total)
Penyebab turunnya produksi Blok Mahakam karena kinerja Lapangan Bekapai, Tambora, dan Tunu juga rencah. Akan tetapi, ada kenaikan produksi di Lapangan Sisi Nubi.