Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera membahas proposal PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Pertamina (Persero) tentang pengelolaan Blok Rokan setelah kontraknya berakhir. Tujuannya memutuskan pengelola blok tersebut.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pihaknya sudah menerima resmi usulan proposal yang diajukan Chevron. Meski belum mau merincinya, proposal Chevron sudah memasukkan jumlah bonus tanda tangan dan komitmen kerja pasti Blok Rokan setelah 2021.
Sebaliknya, proposal Pertamina belum memuat itu. Akhirnya pemerintah mengembalikan proposalnya dan ditenggat hingga pekan ini. Hingga kini Pertamina belum mengajukan kembali revisi proposalnya karena masih harus menyelesaikan proses internal di lingkup perusahaan pelat merah itu terlebih dahulu.
Setelah memasukkan proposal revisi, pemerintah mulai adu Chevron dan Pertamina. "Dibandingkan mana yang berikan keuntungan bagi negara lebih baik. Kami usahakan membandingkan pekan ini. Besok Selasa hingga Rabu saya meeting secara maraton dengan Pertamina dan Chevron," kata Arcandra di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (23/7).
Perusahaan asal Amerika Serikat ini mengajukan proposal perpanjangan kontrak kepada Menteri ESDM melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) pada Jumat (20/7). Chevron yakin proposal yang diajukannya akan memberikan nilai tambah bagi rakyat Indonesia.
Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak mengatakan proposal itu memperlihatkan pengalaman Chevron terkait Blok Rokan, terutama akses teknologi pada tingkat lanjut. Apalagi Blok Rokan merupakan blok tua.
“Kami bangga akan kemitraan yang kuat dengan rakyat Indonesia. Dengan kerendahan hati, berharap dapat melanjutkan pengelolaan Rokan atas nama rakyat Indonesia, serta pada saat yang sama memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk puluhan tahun ke depan,” ujar Albert kepada Katadata.co.id, Jumat (20/7).
Sementara itu, Pertamina sudah presentasi di Kementerian ESDM, Kamis (19/7). Namun proposal Pertamina dikembalikan lantaran kurang lengkap.
Salah satu program kerja yang ditawarkan Pertamina adalah penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Namun Arcandra belum mau merinci berapa besar produksi yang bisa dihasilkan Pertamina dengan memakai teknologi tersebut nanti.
(Baca: Pertamina Pakai Teknologi yang Sama dengan Chevron di Blok Rokan)
Adapun produksi siap jual atau lifting Blok Rokan sejak awal Januari hingga akhir Juni 2018 mencapai 207.148 barel per hari (bph) atau 97 % dari target 213.551 bph. SKK Migas memprediksikan, hingga akhir tahun ini, lifting minyak Blok Rokan mencapai 205.952 bph atau 96,4 % dari target.