Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) agar penggantian biaya operasi (cost recovery) tahun ini tidak melebihi target. Ini disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kamis (19/7).
Jonan mengatakan hingga akhir tahun SKK Migas memperkirakan realisasi cost recovery mencapai US$ 11,34 miliar. Angka itu dinilai terlalu besar dan sudah melampaui target yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
Dalam APBN 2018, cost recovery dipatok US$ 10,39 miliar. "Saya sudah minta sama SKK Migas, cost recovery itu sama dengan yang ditargetkan APBN," kata Jonan dalam Rapat Kerja Dengan Komisi VII DPR, Kamis (19/7).
Menurut Jonan, SKK Migas pun menyanggupi permintaan tersebut. Jadi hingga akhir tahun diupayakan target tersebut tidak meleset.
Selama enam bulan terakhir cost recovery mencapai US$ 5,23 miliar. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan hingga akhir tahun cost recovery bisa bengkak hingga US$ 11,3 miliar karena tingginya harga minyak dunia. Adapun tahun depan, Kementerian ESDM mengusulkan cost recovery sebesar US$ 10-11 miliar.
Selain itu, Jonan meminta agar lifting migas harus sama dengan capaian produksi migas tahun ini. Menurutnya selama ini lifting migas cenderung lebih rendah dibandingkan capaian produksi. "Ini yang kami kejar supaya tidak kurang capaianya dari produksi,"kata dia.
Selama semester I 2018, capaian produksi siap jual (lifting) migas belum memenuhi target. Lifting migas selama enam bulan pertama ini hanya 96% target APBN 2018 sebesar 2 juta boepd atau sebesar 1.923 juta boepd.
(Baca: Lifting Migas Belum Capai Target, Cost Recovery Sudah US$ 5,2 Miliar)
Jika dirinci, lifting minyak sejak awal tahun hingga akhir Juni mencapai 771 ribu barel per hari (bph), targetnya 800 ribu bph. Adapun lifting gas bumi mencapai 1.152 juta boepd atau 96% dari target yang sebesar 1,2 juta boepd.