PT Pertamina (Persero) memperoleh penghematan belanja modal (capital expenditure) US$ 900 juta atau sekitar Rp 12,9 triliun sebagai dampak akuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. Penghematan ini diperoleh dari menghilangnya duplikasi investasi pipa Pertagas.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan sebelum ada akuisisi, sekitar 40% jaringan pipa transmisi dan distribusi masih tumpang tindih. "Rencana Kerja Anggaran kedua perusahaan PGN-Pertagas sudah diintegrasikan, ada 40% yang duplikasi, bisa saving US$ 900 juta," kata dia dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Selasa (17/7).
Salah satu contoh integrasi yang dilakukan adalah pasokan gas untuk Krakatau Steel. Nantinya, Pertagas akan menyalurkan alokasi gas ke Krakatau Steel melalui pipa milik PGN.
Ia pun berharap pemanfaatan gas di dalam negeri semakin meningkat dengan adanya pembentukan induk usaha (holding) sektir migas. Apalagi ke depan akan banyak proyek gas yang onstream di Indonesia seperti Blok Masela dan Proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD).
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Fajar Harry Sampurno juga mengatakan integrasi PGN-Pertagas dapat menciptakan penghematan hingga Rp 8 triliun selama lima tahun ke depan. Salah satu proyek yang sudah berhasil diintegrasikan adalah proyek Pipa Duri-Dumai.
Fajar mengatakan akan ada beberapa keuntungan dari integrasi PGN-Pertagas. Pertama, panjang jaringan pipa yang dikuasai perusahaan holding itu mencapai 9.677 km, ini mencakup 14 provinsi dan 55 kabupate kota.
Kedua, terdapat dua fasilitas penampungan dan regasifikasi terapung (FSRU) yang juga dikelola bersama. Kedua fasilitas itu yakni FSRU Lampung dengan kapasitas 1,5-2 mtpa dan FSRU Nusantara Regas dengan kapasitas 3 mtpa.
(Baca: PGN Diduga Merugikan Negara, DPR Minta Holding Migas Dievaluasi)
Ketiga, terdapat 12 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU). Keempat, pengelolaan gas PGN dan Pertagas menjadi sekitar 3 bcfd. Kelima, infrastruktur bisa dikonsolidasikan mencakup 96% dari total infrastruktur hilir gas bumi di Indonesia. "Diharapkan dalam waktu dekat konsolidasi ini segera selesai," kata Fajar.