Pemerintah berencana melelang Blok Makassar Strait untuk menentukan pengelola setelah kontraknya berakhir tahun 2020. Ini karena Chevron Indonesia sebagai operator lama tidak tertarik memperpanjang blok itu. Selain itu, PT Pertamina (Persero) yang juga memiliki hak kelola di sana pun bersikap sama.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan alasan Chevron tidak melanjutkan blok itu karena tidak ekonomis. “Chevron tidak memperpanjang Makassar Strait," kata Amien di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (11/7).
Dari perhitungan Chevron, Blok Makassar tak ekonomis bila dipisahkan Rapak dan Ganal yang masuk Proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD). Ini karena karakteristiknya yang berada di daerah marjinal.
Dengan alasan tidak ekonomis, perusahaan asal Amerika Serikat ini sebenarnya membutuhkan diskresi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendapatkan tambahan bagi hasil minyak dan gas bumi. Dalam Permen ESDM Nomor 52 tahun 2017, besaran diskresi tambahan bagi hasil yang diberikan Menteri ESDM sebenarnya tidak dibatasi.
Namun, permintaan Chevron Indonesia itu ditolak. "Karena tidak diberikan diskresi menteri yang besar untuk Makassar Strait, maka Chevron prefer Makassar Strait dilepas dari IDD," kata Amien.
Amien mengatakan Chevron telah berjanji meski Makassar Strait tak lagi dikelola, proyek IDD tetap akan berjalan sesuai jadwal. Mereka juga tetap komitmen mengembangkan Blok Rapak dan Ganal yang masing-masing habis 2027 dan 2028.
Tak hanya Chevron, Amien pun menyebutkan PT Pertamina (Persero) dan Sinopec selaku operator eksiting di Blok Makassar Strait juga tidak berminat untuk memperpanjang blok itu. Alhasil, pemerintah memutuskan untuk melelang blok tersebut secara khusus dalam waktu dekat. "Dari Menteri udah keluarkan surat ini tidak diperpanjang oleh Chevron kemudian nanti akan dilelang," kata dia
Saat ini Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memiliki hak kelola di Blok Makassar Strait sebesar 10%. Sisanya dimiliki Sinopec 18% dan Chevron 72% sebagai operator.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan saat ini masih mengevaluasi Blok Makassar Strait. "Kalau sudah ada hasilnya, nanti saya beri tahu," ujar dia.
(Baca: Kementerian ESDM Tawarkan Proyek IDD ke Pertamina)
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan ada beberapa perusahaan yang tertarik untuk mengelola Makassar Strait. Salah satunya Eni. Eni nantinya bisa mengikuti lelang jika menginginkan blok tersebut. "Jangkrik itu kan ada Eni, ntar dia tinggal pasang aja pipa (dari Makassar Strait ke proyek Jangkrik), murah kan," kata dia.