ExxonMobil yang mengelola Blok Cepu berhasil menggeser posisi Chevron Indonesia di Blok Rokan dalam produksi siap jual (lifting) minyak nasional. Ini terlihat dari hasil kinerja lifting minyak selama Semester I tahun 2018.
Dari data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), lifting minyak Blok Cepu selama semester I 2018 mencapai 209.922 barel per hari (bph) atau 102,4% dari target 205.000 bph. Bahkan hingga akhir tahun ini, lifting bisa 210.285 bph atau 102,6% dari target.
Sebaliknya, lifting minyak Blok Rokan yang ditargetkan sebagai penyumbang tertinggi, ternyata masih di bawah target. Selama enam bulan terakhir hanya sebesar 207.148 bph, atau 97% dari target 213.551 bph. SKK Migas memprediksikan hingga akhir tahun ini, lifting minyak Blok Rokan mencapai 205.952 bph atau 96,4% dari target.
Padahal, per akhir Mei 2018, lifting minyak Blok Rokan masih 212.316 bph dan menjadi penyumbang terbesar. Adapun, saat itu, lifting Blok Cepu 209,2 ribu bph.
"Saya sampaikan ke Chevron harus hati-hati, bisa disalip oleh ExxonMobil, outlook terlihat seperti itu," kata Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi di Jakarta akhir pekan lalu.
Secara menyeluruh, lifting migas selama enam bulan pertama ini hanya 1.923 ribu boepd. Padahal target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 2 juta boepd.
Jika dirinci, lifting minyak sejak awal tahun hingga akhir Juni mencapai 771 ribu bph, targetnya 800 ribu bph. Adapun lifting gas bumi mencapai 1.152 juta boepd atau 96% dari target yang sebesar 1,2 juta boepd.
Dari 12 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) besar penopang lifting minyak, hanya enam kontraktor berhasil melampaui target. Mereka adalah Mobil Cepu Ltd 209.922 bph (102,4%), CNOOC 30.876 bph (102,9%), Medco E&P Natuna 18.801 bph (101,1%), Petronas Carigali (Ketapang) Ltd 15.698 bph (108,8%), Chevron Indonesia Company 14.410 bph (110,8%) dan Petrochina International Jabung Ltd 14.302 bph (102,6%).
Adapun enam kontraktor lainnya tidak mencapai target yakni PT Chevron Pasific Indonesia di Blok Rokan yang memproduksi 207.148 bph, sedangkan targetnya 213.551 bph. Kemudian, PT Pertamina EP 70.031 bph (81,6%), PT Pertamina Hulu Mahakam 46.376 bph (96,1%), Pertamina Hulu Energi ONWJ Ltd 30.489 bph (92,4%), VICO Indonsesia 7.674 bph (76,7%).
Untuk lifting gas, dari 12 KKKS besar juga enam yang berhasil melampaui target. Mereka adalah BP Berau Ltd 1.049 MMSCFD (104,9%), ConocoPhillips (Grissik) Ltd 841 MMSCFD (103,8%), Eni Muara Bakau 670 MMSCFD (154%), Premier Oil Indonesia 221 MMSCFD (110,5%), dan Medco E&P Natuna 159 MMSCFD (109,7%) dan VICO Indonesia 97 MMSCFD (121,3%).
(Baca: Lifting Migas Belum Capai Target, Cost Recovery Sudah US$ 5,2 Miliar)
Sisanya tidak mencapai target. PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) 916 MMSCFD (83,3%), Pertamina EP 816 MMSCFD (98,1%), dan Pertamina Hulu Energi WMO 125 MMSCFD (92,6%). Kemudian PetroChina Internasional Jabung Ltd 158 MMSCFD (92,9%), Kangean Energi Indonesia 187 MMSCFD (91,7%), dan JOB PN - Medco Tomori Sulawesi Ltd 265 MMSCFD (93%).