PT Kaltim Methanol Industri (KMI) menyatakan ketertarikannya menyerap gas dari Lapangan Abadi, Blok Masela. Gas Masela itu nantinya bisa menopang produksi dan kinerja perusahaan.  

Meski begitu, General Affairs Director KMI Agus Priyatno mengatakan ada beberapa persyaratan untuk menyerap gas tersebut. Salah satunya adalah harga. “Asal harga gasnya cocok, kenapa tidak,” kata dia di Kementerian Perindustrian, Senin (2/7).

Menurut Agus, jika harga sepakat, perusahaannya akan membangun pabrik Methanol di Masela dengan kapasitas 5.000 ton. Saat ini KMI hanya memiliki pabrik Methanol berkapasitas 2 ribu ton per hari.

Namun, Agus masih belum mau menyebutkan besaran harga yang diinginkan perusahaannya untuk gas Masela. Yang jelas, harga itu akan menggunakan formula bukan fixed price.

“Kalau formula, bisa jauh diatas US$ 5 per mmbtu,” ujar Agus. Adapun, menurut perhitungan Inpex Corporation sebagai operator Blok Masela, harga gas bisa mencapai US$ 5,86 per mmbtu.

Kaltim Metanol Industri akan menyerap gas sebesar 100 mmscfd sampai 125 mmscfd. Selain KMI, pernah dikabarkan ada pembeli lainnya, yakni PT Pupuk Indonesia dengan alokasi 214 mmscfd, Elsoro Multi Prima sebanyak 160 mmscfd.

Saat ini, Inpex Corporation masih melakukan kajian desain awal (Pre Front End Engineering Design/FEED). Perusahaan asal Jepang itu menunjuk PT KBR Indonesia dan konsorsium PT Technip Engineering Indonesia dan PT Technip Indonesia untuk mengerjakan Pre-FEED tersebut.

Untuk pekerjaan desain awal fasilitas kilang gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di darat atau Pre-FEED OLNG akan dikerjakan oleh PT KBR Indonesia. Sementara pekerjaan desain awal fasilitas produksi terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) dikerjakan konsorsium PT Technip Engineering Indonesia dan PT Technip Indonesia. 

Inpex juga sudah menunjuk kontraktor untuk mengerjakan fasilitas saluran pipa bawah laut  dan pipa ekspor gas. Mereka adalah hiyoda Corporation dan PT Synergy Engineering.

(Baca: SKK Migas Waspadai Calo Gas Blok Masela)

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan proposal pengembangan (Plan of Development/PoD) selesai tahun ini. Sehingga, produksi bisa tahun 2027.

Reporter: Michael Reily