PT Pertamina (Persero) memprediksi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini mencapai titik tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pemicunya adalah meningkatnya pemudik di jalur darat.

Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo mengatakan konsumsi bensin sepanjang lima hari sebelum (H-5) Lebaran, sampai lima hari setelah Lebaran (H+5) mencapai 104 ribu kiloliter (KL) per hari. Angka ini lebih tinggi dari konsumsi normal yang hanya 90 ribu KL.

Dari 104 ribu KL itu kenaikan tertinggi berasal dari Pertalite yang menjadi 55 ribu KL yang sebelumnya 46 ribu KL. Kemudian konsumsi Pertamax yang konsumsinya naik mencapai 18 ribu KL, dari konsumsi pada hari normal 15 ribu KL.

Konsumsi Premium juga naik menjadi 26 ribu KL dari 24 ribu KL. Konsumsi Premium akan terus meningkat jika ada kewajiban memasok di Jawa, Madura, dan Bali.  Pertamax Turbo dari 787 KL menjadi 820 KL (5%), Dexlite dari 1.598 KL menjadi 1.678 KL (5%), Dex dari 485 KL menjadi 504 (4%).

Bahan bakar Avtur juga naik menjadi 16 ribu KL dari konsumsi harian normal 15 ribu KL. Peningkatan konsumsi Avtur tersebut akan terkonsentrasi di sejumlah bandara besar di Jakarta, Medan, Sulawesi dan Kalimantan.

Adapun ketahanan stok Premium menjadi 27 hari. Kemudian stok Pertamax, Pertalite, Dex, dan Dexlite di atas 25 hari.

Prediksi konsumsi BBM selama Ramadhan dan Lebaran tahun ini lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2013 realisasi konsumsi BBM hanya 87.197 KL, tahun 2014 sebesar 87.161 KL, 2015 sebesar 90.852 KL, tahun 2016 sebesar 93.302 KL, lalu tahun lalu mencapai 95.348 KL.

Peningkatan konsumsi BBM selama Lebaran tahun ini karena ada beberapa jalan tol baru dari Jakarta hingga Surabaya. “Ini akan berdampak pada peningkatan jumlah pemudik darat. Sehingga Pertamina antisipasi jauh-jauh hari," kata Gandhi di Jakarta, Rabu (16/5).

Meningkatnya konsumsi BBM itu akan membuat impor Pertamina meningkat. Proses impor telah dilakukan tiga bulan sebelum Lebaran.

Sementara itu konsumsi BBM jenis Solar cenderung turun menjadi 30 ribu KL dari konsumsi normal 35 ribu KL. Penyebabnya karena pemerintah melarang truk beroperasi saat Lebaran. Sementara itu stok Solar 24 hari.

Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra mengatakan telah menyiapkan 200 motor yang tersebar di jalur non tol yang ada di Pulau Jawa. Selain itu Pertamina menyediakan BBM kemasan untuk mengantisipasi adanya kemacetan. "Kami siapkan BBM kemasan 5-10 liter, kami lakukan koordinasi internal," kata dia.

Tak hanya Bahan Bakar Minyak (BBM), konsumsi elpiji mengalami kenaikan. Vice President Domestik Gas Pertamina Kusnendar mengatakan kenaikan konsumsinya sebesar 27 ribu Metrik Ton (MT) per hari dari konsumsi normal sebesar 23.131 MT. Adapun ketahanan stoknya selama 17 hari.

(Baca: Subsidi Elpiji Bengkak Rp 820 M, Pertamina Minta Aturan Penindakan)

Kusnendar mengatakan pihaknya sudah menyiagakan 3.094 agen elpiji subsidi dan non subsidi, serta menyiagakan 31.612 pangkalan elpiji subsidi di seluruh Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan menyiagakan 46 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE) kantong untuk pulau Jawa sebagai konsumen tertinggi.