PT Bumi Resources Mineral Tbk menjual 51% saham anak usahanya yakni PT Dairi Prima Minerals. Langkah ini merupakan upaya anak usaha PT Bumi Resources Tbk ini mencari dana untuk pengembangan proyek emas di Sulawesi Tengah dan pembayaran kredit.
Direktur Hubungan Investor Bumi Resources Herwin Hidayat mengatakan saham tersebut akan dibeli China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering&Construction Co Ltd (NFC). Nilainya mencapai US$ 198 juta.
Dengan pembelian itu, perusahaan asal Tiongkok itu akan menjadi mayoritas dan operator di proyek yang digarap Dairi. Adapun, Dairi Prima mengelola proyek seng dan timah yang berlokasi si Sumatera Utara.
Sementara itu, Bumi Mineral akan menggunakan dana pembelian itu untuk dua hal. Pertama, membayar kredit dari bank asal Swiss senilai US$ 90 juta. Kedua, US$ 108 juta akan dijadikan modal pengembangan proyek tambang emas di Sulawesi.
Bumi Mineral memang membutuhkan dana segar untuk konstruksi proyek pertambangan emas Poboya di Palu, Sulawesi Tengah. Proyek ini dikelola oleh anak usahanya yaitu PT Citra Palu Minerals. "Jadi tim kami mencoba cari pendanaan yang cukup efisien untuk mendanai proyek di Sulawesi," kata dia di Jakarta, Senin (14/5).
Saat berproduksi nanti, proyek tambang emas itu bisa memproduksi emas sekitar 80 ribu hingga 90 ribu ons per tahunnya. Targetnya proyek tambang emas itu bisa berproduksi tahun 2020.
Masa produksi tersebut diberikan hingga 30 tahun ke depan atau 2050 mendatang. Bumi juga sudah sudah mendapatkan izin konstruksi dan produksi pada akhir tahun lalu dari Kementerian ESDM.
Herwin berharap penyelesaian penjualan saham tersebut bisa selesai dalam paruh pertama tahun ini. Apalagi upaya penjualan 51% saham Dairi Prima itu sudah mendapatkan restu pemegang saham.
(Baca: BUMI Jual Saham Rp 35 Triliun, Saham Grup Bakrie Jadi Primadona)
Di tahun buku 2017, Bumi Mineral berhasil mengkonversi utang menjadi ekuitas sebesar US$ 232 juta. Dengan demikian upaya ini berhasil meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas Bumi Mineral turun dari 0,44 di tahun 2016 menjadi 0,27 persen pada 2017.