PT Pertamina (Persero) diprediksi akan kehilangan potensi produksi dari Kilang Balikpapan. Penyebabnya adalah terganggunya pasokan minyak ke kilang akibat putusnya pipa distribusi di Teluk Balikpapan.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memperkirakan potensi kehilangan produksi dari Kilang Balikpapan sebesar 200 ribu barel per hari (bph). “Kalau tidak salah sebesar itu,” kata dia di Jakarta, Kamis (5/4).
Seperti diketahui, pipa yang menghubungkan Terminal Lawe-Lawe ke Kilang Balikpapan putus akhir pekan lalu. Pipa sepanjang tiga kilo meter ini terletak di kedalaman 25 meter di bawah permukaan air. Adapun, diameter pipanya sebesar 20 centimeter (cm) dan memiliki ketebalan 22 milimeter.
Kementerian ESDM meminta Pertamina menangani kasus ini sesuai prosedur. Hal tertuama yang harus dilakukan Pertamina adalah pembersihan lingkungan. "Dari kami juga sudah ada tim yang turun untuk memantau apa yang perlu dilakukan," kata dia.
Selain itu, pemerintah tengah mengevaluasi program terkait keselamatan yang dilakukan Pertamina. Dia juga berpesan agar perusahaan minyak dan gas bumi plat merah tersebut tidak panik dalam menghadapi kecelakaan ini.
Namun, Arcandra belum mau menjelaskan solusi dari potensi kehilangan produksi dari Kilang Balikpapan. “Saya tidak tahu perlu tambahan impor atau tidak,” ujar dia.
(Baca: Pertamina: Ada Pipa Minyak yang Putus di Teluk Balikpapan)
Sedangkan Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan untuk pemulihan kondisi perairan Teluk Balikpapan, Pertamina juga berkoordinasi dengan pihak lainnya, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perusahaan pelat merah itu juga merasa sudah bekerja maksimal menanggulangi keadaan bersama dengan seluruh aparat.
Selain itu, Elia mengatakan kilang dan pelabuhan beroperasi normal. Namun, hingga kini, perusahaan belum menghitung kerugian yang dialami akibat kejadian tersebut. “Karena di sepanjang pantai itu sudah bersih kembali,” ujar dia.