Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral/ESDM mencatat ada tiga perusahaan yang mengajukan dokumen untuk melakukan studi bersama (joint study) di sejumlah blok minyak dan gas bumi/migas. Studi bersama antara badan usaha dan Direktorat Jenderal Migas ini untuk mengetahui potensi cadangan yang ada di blok tersebut.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Tunggal mengatakan perusahaan yang ajukan studi bersama itu terdiri dari perusahaan asing dan dalam negeri. "Joint study ada banyak yang ajukan, Woodside Petroleum (Australia), Repsol S.A (Spanyol) dan PT Pertamina (Persero)," kata dia, Senin, (19/2).
Adapun, Woodside mengajukan studi bersama di Blok Mamberamo. Sedangkan Repsol berminat melakukan studi di Blok Tongkol. Keduanya merupakan blok yang tidak laku dalam lelang tahun lalu.
Pertamina mengajukan studi di tiga blok yakni South West Bird's Head, Arguni, dan Andika Bumi Kita. Andika Bumi Kita ini tengah dalam 26 blok yang dilelang pemerintah Senin, 19 Februari 2018.
Menurut Tunggal, sebenarnya Pertamina mendapatkan hak istimewa dalam lelang tahun ini. Mereka bisa mengelelola blok yang diminati tanpa harus lelang. Bahkan Kementerian ESDM sudah menyurati mengenai hal ini.
Namun, hingga batas waktu yang ditetapkan, Pertamina tidak mengajukan daftar blok yang ingin diambil. Alhasil mereka harus mengikuti proses lelang seperti kontraktor lainnya.
Sementara itu Tunggal mengatakan setelah ketiga kontraktor selesai studi, hasilnya harus diserahkan ke pemerintah. Jika ada potensi cadangan, pemerintah akan melelangnya.
(Baca: Petronas Buka Peluang Ikut Lelang Blok Migas Tahun Ini)
Perusahaan yang telah melakukan studi bersama ini nantinya mendapatkan hak khusus memenangkan blok tersebut saat dilelang. Hak khusus itu berupa right to match. Jadi investor berhak menyamakan penawaran peserta lelang.
Jika penawaran itu berhasil disamakan, maka mereka menang dan berhak mengelola blok itu. "Nanti dapat right to match," kata Tunggal.