Selama tiga tahun terakhir, kapasitas kilang minyak di Indonesia tidak mengalami perubahan alias statis. Penyebabnya adalah rencana pembangunan kilang masih belum rampung hingga saat ini.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan beberapa proyek seperti modifikasi kilang Balikpapan baru dimulai tahun ini. Sehingga belum ada dampak yang signifikan terhadap penambahan kapasitas. "Harus diakui, dari sisi investasi, ini memang ni baru inisiasi awal," kata dia di Jakarta, Selasa (9/1).
Mengacu data Kementerian ESDM, tahun 2014 kapasitas kilang mencapai 1.157 juta barel per hari (bph). Setahun kemudian meningkat menjadi 1.169 juta bph. Sejak saat itu hingga 2017 kapasitas kilang tidak mengalami perubahan. Bahkan tahun ini pun diperkirakan kapasitas kilang juga belum mengalami perubahan.
Selain Balikpapan ada juga proyek pembangunan kilang baru di Tuban. Proyek kilang berkapasitas 300 ribu bph ini juga masih memulai konstruksi pembangunannya. Bahkan PT Pertamina (Persero) dan Rosneft baru resmi membentuk perusahaan patungan (Joint Venture) untuk membangun proyek tersebut. Pada proyek kilang Tuban Pertamina mengempit 55% hak kelola, sisanya dimiliki oleh Rosneft.
Proyek kilang lainnya berada di Bontang yang memiliki kapasitas 300 ribu bph. Kilang Bontang ditargetkan beroperasi pada 2024.
Ada juga kilang Cilacap yang nantinya memiliki kapasitas 400 ribu bph, meningkat dari kapasitas saat ini sebesar 348 ribu bph. Kilang ini ditargetkan selesai pada 2023 mendatang.
Kemudian, proyek modifikasi kilang Dumai. Dengan modifikasi, kapasitas kilang ini meningkat menjadi 300 ribu bph, dari yang ada saat ini 140 ribu bph. Kilang ini ditargetkan selesai 2024.
(Baca: Wamen ESDM Ungkap Tiga Penyebab Proyek Kilang Minyak Molor)
Pertamina juga akan memodifikasi kilang di Balongan, Jawa Barat. Kapasitas kilang ini nantinya meningkat menjadi 240 ribu bph, dari sebelumnya 125 ribu bph. Kilang ini ditargetkan beroperasi 2023 mendatang.