Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ada sembilan kontraktor yang gagal mencapai target lifting minyak dan gas bumi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017. Salah satu penyebabnya adalah kondisi lapangan yang sudah tua.

Kontraktor yang tidak mencapai lifting minyak bumi adalah Chevron Indonesia di blok Rokan. Perusahaan asal Amerika Serikat ini hanya bisa mencapai lifting 224,3 ribu barel per hari (bph) atau 97,9% dari target APBNP 2017.

Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurahman mengatakan salah satu penyebab lifting di blok Rokan tidak tercapai adalah kondisi sumur yang sudah tua. Sehingga blok memasuki fase penurunan produksi secara alamiah.

Selain itu, fasilitas pipa transfer di blok Rokan tidak bisa memproses minyak dengan tekanan tinggi, sehingga produksi diturunkan supaya tidak ada kebocoran. "Makanya kami lagi tanya ke Chevron, bagaimana metode Enhanced Oil Recovery (EOR)" kata dia, Jumat (5/1).

Kontraktor lain yang tidak mencapai target lifting minyak bumi adalah PT Pertamina (EP) yang memiliki wilayah kerja seluruh Indonesia. Anak usaha PT Pertamina (Persero) itu hanya berhasil menghasilkan 77,5 ribu bph dari target APBNP sebesar 81,6 ribu bph.

Anak usaha PT Pertamina (Persero) lainnya yakni Pertamina Hulu Energi (PHE) yang mengelola blok Offshore North West Java (ONWJ) juga tidak mencapai target. Lifting blok yang dikelola 100% PHE ini sepanjang 2017 sebesar 32,2 ribu bph. Sedangkan targetnya 33,9 ribu bph.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan Pertamina EP yang memiliki masalah produksi sehingga tidak mudah untuk dilakukan lifting. Hal ini inilah yang membuat target lifting Pertamina EP untuk minyak hanya mencapai 94,9% tahun lalu.

Sedangkan blok ONWJ menurut Amien sudah mature (tua) sehingga mau tak mau produksi pun ikut turun. "Karena itu kami perlu intervensi yang agresif," kata dia.

(Baca: Anggaran Blok ONWJ untuk Tahun Depan Meningkat Jadi Rp 6,9 Triliun)

Dua kontraktor lain yang tidak mencapai target lifting minyak adalah Medco Natuna di South Natuna Sea B dan Petronas Carigali Ketapang di blok Ketapang. Medco hanya bisa mencatatkan lifting minyak 17,9 ribu bph atau 96,5% dari target. Sementara Petronas 16,8 ribu bph dari target 17 ribu bph.

Sementara untuk lifting gas ada empat kontraktor yang tidak mencapai target. Pertama, Total E&P Indonesie di Blok Mahakam yang hanya menghasilkan 1.255 mmscfd atau 96,7% dari target 1.298 mmscfd.

Kedua, BP Tangguh di blok Berau, Wiriagar, Muturi yang hanya 908 mmscfd dari target 986 mmscfd. Ketiga, PT Pertamina EP di wilayah kerja seluruh Indonesia dengan lifting 810 mmscfd atau 97,4% dari target. Keempat, Kangean Energy Indonesia di blok Kangean dengan capaian 197 mmscfd dari target 210 mmscfd.

Secara total, lifting migas hanya mencapai 1.944 ribu barel setara minyak per hari (bsmph) atau 98,9% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017. Perinciannya, lifting minyak bumi minyak bumi sebesar 803,8 ribu barel per hari (bph) atau 98,6% dari APBNP 2017. Sedangkan realisasi lifting gas 1.140 ribu bsmph dari target 1.150 ribu bsmph.