Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kegiatan survei seismik minyak dan gas bumi (migas) tahun ini hanya dilakukan di dua lokasi.  Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang bisa mencapai tiga lokasi.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan turunnya jumlah lokasi survei seismik tahun ini karena keterbatasan anggaran. "Untuk tahun 2018 anggarannya turun, cuma 2 lokasi dengan dua dimensi (2D)," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/1).

Adapun anggaran survei seismik tahun ini berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) APBN 2018 Kementerian ESDM. Alokasinya sebesar Rp 58 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan survei seismik di Sela Bangka, Sulawesi Tenggara sebesar Rp 29 miliar, dan Rp 29 miliar untuk di Sengkawang Kalimantan Barat.

Tahun lalu Kementerian ESDM bisa menganggarkan survei seismik hingga Rp 76 miliar. Rinciannya survei seismik di Arafura Selatan sebesar Rp 25 miliar, Selaru Timur sebesar Rp 26 miliar, dan Buru Offshore di Maluku sebesar Rp 25 miliar. 

Ego mengatakan anggaran survei seismik di hulu migas memang terbatas karena Kementerian ESDM mengalokasikannya ke sektor lainnya seperti pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di wilayah terpencil. Selain itu ada program pembangunan jaringan gas kota, konverter kit untuk nelayan, dan pemberian lampu hemat energi di desa-desa yang belum berlistrik.

Namun, dari anggaran tahun lalu, menurut Ego, hasil survei seismiknya memiliki hasil yang bagus, yakni berpotensi mendapatkan cadangan migas. Rencananya hasil survei seismik tahun lalu akan dilelang tahun ini. 

Di sisi lain, saat ini masih ada puluhan cekungan yang belum tersentuh untuk kegiatan eksplorasi. Dari 128 cekungan migas, baru 40% yang sudah dieksplorasi dan berhasil diproduksikan. Sementara 20% lagi sudah pernah dieksplorasi namun belum menemukan cadangan migas, sementara 40% lagi belum terlihat alias belum tersentuh untuk dilakukan upaya pencarian cadangan. "Nah itu letaknya di Indonesia Timur," kata dia.

Namun untuk melakukan survei seismik memang membutuhkan dana yang besar, apalagi di kawasan terpencil seperti wilayah timur. Satu lokasi bisa menghabiskan sekitar Rp 100 miliar untuk seismik.

(Baca: Pengeboran Eksplorasi Migas Tahun 2018 Ditargetkan Lebih Rendah)

Untuk itu ia mendorong investor untuk mau melakukan kegiatan survei seismik secara mandiri. Salah satunya  caranya dengan memberikan akses bagi investor terhadap pembukaan data migas secara gratis. "Visi pemerintah ke depan data itu rahasia akan kami terobos. Ke depan siapapun bisa punya akses ke situ," kata Ego.