PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN memperoleh kredit investasi dengan menggunakan skema syariah untuk pertama kalinya. Nilainya mencapai Rp 4,3 triliun.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir berharap dengan pemberian kredit investasi itu bisa semakin mendorong perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia. “Untuk pertama kalinya PLN melakukan penandatanganan kredit investasi skema syariah.  Ini merupakan Kredit Investasi Skema Syariah yang terbesar di Indonesia,” kata dia berdasarkan keterangan resminya, Kamis (2/11).

Adapun penandatanganan Kredit Investasi dengan skema syariah dilakukan oleh Sarwono Sudarto selaku Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Eri Budiono dari Direktur Perbankan Global & Thilagavathy. Kemudian Nadason yang mewakili Direktur Keuangan Bank Maybank Indonesia.

Penandatanganan juga dilakukan Choirul Anwar dan Putu Rahwidhiyasa-Direktur dari Bank Mandiri Syariah, Edwin Syahruzad – Direktur Pembiayaan dan Investasi PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Junaidi Hisom – Direktur Bank Negara Indonesia Syariah. Ada juga Budi Wardana– Head Syariah SME & Wholesale Banking PT Bank Permata Syariah.

Selain syariah, PLN juga mendapatkan kredit menggunakan skema konvensional. Nilai kredit investasi itu sebesar Rp 12 triliun.

Acara penandatanganan perjanjian Kredit Investasi skema konvensional tersebut dilakukan oleh Sarwono Sudarto selaku Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sulaiman Arif Arianto – Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) , Tbk., Kuswiyoto - Direktur Kredit Menengah, Korporasi & BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) , Tbk. Ada juga Rudy Susanto - Direktur Korporasi PT Bank Central Asia, Tbk.,

Kemudian Edwin Syahruzad – Direktur Pembiayaan dan Investasi PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Dwi Wahyudi – Direktur Pelaksana I Indonesia Eximbank, Kostaman Thayib – Direktur Utama & Madi D. Lazuardi – Direktur Kredit PT Bank Mega, Tbk., Yusuke Katsuta –General Manager The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd.  Kazuhisa Miyagawa –Direktur Utama PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia pun ikut.

Kedua pinjaman itu berjangka waktu 10 tahun. Nantinya, PLN akan memakai kredit sindikasi tersebut untuk mendanai proyek infrastruktur ketenagalistrikan.

Seiring dengan kemajuan program 35 Gigawatt (GW), PLN memang membutuhkan dana besar. Perusahaan pelat merah ini memperkirakan kebutuhan investasi untuk tahun ini yang bisa terealisasi sebesar Rp86 Triliun. Angka itu meningkat sebesar 43% bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016.

Realisasi investasi ini juga mendorong tercapainya rasio elektrifikasi nasional sebesar 93% pada September 2017. “Mengingat kebutuhan dana untuk investasi ini cukup signifikan sehingga tidak dapat dipenuhi dari dana internal PLN dan Pemerintah, maka dukungan dari semua pihak termasuk Lembaga Keuangan Bank dan non-Bank lainnya menjadi sangat berarti bagi PLN” ujar Sofyan.

Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh Pemerintah dan PLN, sudah mulai terlihat hasilnya dan dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Jika pada Januari 2015, masih terdapat 11 dari 22 sistem besar kelistrikan dalam kondisi defisit listrik, maka saat ini seluruh sistem besar tersebut sudah tercukupi beban puncaknya.

(Baca: Rini Tawarkan Aset PLN ke Swasta untuk Alternatif Pendanaan)

Sedangkan Total aset PLN per 30 September 2017 sebesar Rp1.312 Triliun. Jumlah itu meningkat sebesar 3% dibandingkan pada 31 Desember 2016 sebesar Rp1.274 Triliun.