Pembentukan perusahaan patungan (joint venture/JV) antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco hingga kini belum terealisasi. Kendalanya, adalah proses pengalihan aset (inbreng) Kilang Cilacap yang tadinya milik Pertamina sebagai modal perusahaan JV.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan Saudi Aramco memang meminta adanya inbreng aset sebelum membentuk perusahaan patungan. Pertamina pun menyetujui syarat tersebut.
Saat ini, Pertamina masih menghitung total nilai aset yang akan dialihkan. Adapun, contoh aset tersebut adalah lahan dan beberapa infrastruktur yang ada di Kilang Cilacap. “Kilang Cilacap masalahnya ada di inbreng aset,” kata Arcandra di Jakarta, Kamis (2/11).
Arcandra belum bisa memastikan pengaruh proses inbreng ini terhadap jadwal pembangunan proyek. Yang jelas, proses ini akan memakan sedikit waktu. Apalagi, proses inbreng perlu mendapat persetujuan dari Komisaris dan pemegang saham Pertamina, dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Awalnya kilang ini ditargetkan bisa produksi lebih cepat pada 2021, tapi Pertamina mengatur ulang jadwal tersebut hingga 2023. Adapun, Porsi kepemilikan Pertamina di kilang tersebut 55%, sementara sisanya Saudi Aramco.
Namun, menurut Arcandra, Pertamina tidak harus menjadi mayoritas dalam proyek tersebut. Perusahaan pelat merah itu memiliki kebebasan untuk mengurangi porsinya jika mengalami kesulitan pendanaan. "Bapak Presiden mengarahkan tidak harus 50%, tapi 15 % juga boleh,” ujar dia.
Dihubungi terpisah, Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengaku pihaknya belum ada rencana untuk mengubah porsi kepemilikan Pertamina di kilang Cilacap. "Untuk sementara porsi Pertamina masih seperti itu," kata dia beberapa waktu lalu.
Arief juga pernah pernah mengatakan pihaknya masih memfinalisasi proses pembentukan perusahaan patungan tersebut. Targetnya pembentukan perusahaan patungan tersebut bisa terealisasi tahun ini.
(Baca: Pemerintah Minta Arab Saudi Percepat Proyek Kilang Cilacap)
Dalam pembentukan perusahaan patungan ini, Pertamina juga tengah menyiapkan pendanaan. Adapun, nilai investasi proyek ini sekitar US$ 5,5 miliar. Nilai investasi itu nantinya akan dibagi berdasarkan porsi kepemilikan.