Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memiliki beberapa permintaan kepada LNG Japan Corporation. Permintaan ini disampaikan saat berkunjung ke Jepang sejak Senin (16/10) hingga Rabu (18/10).
Ketika bertemu manajemen LNG Japan Corporation, salah satu permintaan Jonan adalah mengenai biaya proyek Tangguh. “Menteri ESDM meminta agar dilakukan diskusi lebih detail dengan SKK Migas untuk penurunan cost pada proyek LNG Tangguh,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi dan Kerja Sama Kementerian ESDM Dadan Kusdiana berdasarkan keterangan resminya, Kamis (19/10).
Permintaan lain kepada perusahaan asal Jepang itu adalah penurunan biaya pengapalan LNG di Benoa. Menurut Jonan harga pengapalan LNG di Benoa masih sangat mahal. Jadi perlu diturunkan supaya harga gas menjadi lebih murah.
Selain itu, Jonan menyoroti kebijakan pembelian gas di Indonesia. “Bapak Menteri menyampaikan sebisa mungkin menghidari spot cargo, Pertamina diminta untuk berdialog lebih detail terkait pembelian gas ini,”ujar Dadan. “Selain itu, kebijakan utama gas Indonesia itu diutamakan untuk pemenuhan dalam negeri, sisanya untuk baru ekspor,”.
LNG Japan Corporation adalah badan usaha yang bergerak pada bisnis gas alam cair (LNG). Mereka berbisnis mulai dari proses pengembangan hulu gas, eksplorasi, pengangkutan dan pembongkaran LNG di terminal.
Pertemuan Tokyo Gas
Selain ke LNG Japan Corporation, Jonan menyempatkan bertemu manajemen Tokyo Gas pada Selasa (17/10). Dalam pertemuan itu Tokyo Gas meminta dukungan Pemerintah Indonesia atas studi LNG di Sulawesi termasuk dukungan agar peraturan perundangan di Indonesia dapat mendorong bisnis gas tersebut.
Saat ini Tokyo Gas, sedang melakukan studi pembangunan LNG di Sulawesi dan berkomitmen untuk mempercepat penyelesaiannya. “Tokyo Gas rencananya akan membangun LNG di Indonesia, sedang dilakukan studi untuk di Sulawesi," kata Dadan.
Tokyo Gas juga memiliki bisnis LNG dengan Pertamina. Mereka tengah membangun proyek LNG Bojonegara, di Banten.
Namun, menurut Dadan, Jonan menyampaikan kepada Tokyo Gas agar jangan hanya membangun infrastruktur gas, tetapi membangun pembangkit listrik, terutama di Indonesia Timur. "Agar biaya lebih efisien dan murah, Bapak Menteri meminta agar pembagunan pembangkit listrik dilakukan di dekat sumber energinya, di mulut sumur," kata dia.