Penjualan Listrik Delapan Bulan Terakhir di Bawah Target

ANTARA FOTO/Jojon
Seorang penghuni rusunawa mengisi voucher isi ulang listrik di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (9/5/2017)
19/9/2017, 18.17 WIB

Realisasi penjualan listrik selama delapan bulan terakhir tidak mencapai target. Salah satu penyebabnya adalah adanya penurunan pemakaian listrik di sektor bisnis seperti pusat perbelanjaan (mall).

Secara kumulatif, sejak Januari sampai Agustus, penjualan listrik mencapai 146,37 terawatt hours (Twh). Sedangkan target PLN, selama delapan bulan itu adalah 152,11 Twh.

Namun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, penjualan listrik sebenarnya mengalami peningkatan. Adapun realisasi penjualan listrik Januari sampai Agustus di 2016 mencapai 142,39 Twh.

Direktur Bisnis Maluku dan Papua Ahmad Rofiq mengatakan penjualan listrik selama delapan bulan terakhir tidak bisa mencapai target karena beberapa hal. Salah satunya adalah pemakaian listrik di beberapa pusat perbelanjaan seperti Gandaria City, Senayan City, dan Grand Indonesia mengalami penurunan rata-rata sebesar 13%.

Penurunan pembelian listrik di mall ini karena pengunjung mulai sepi akibat beralih ke belanja daring (online). "Jadi ada beberapa shopping center yang mulai sepi, itu terjadinya penurunan pemakaian listrik," kata Ahmad dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (19/9).

Faktor lainnya adalah suhu udara di beberapa daerah, seperti Jawa yang rendah. Hal itu menyebabkan penggunaan penyejuk ruangan di perkantoran juga menurun.

Selain itu penjualan di sektor rumah tangga dan industri juga menurun.  Berdasarkan survey PT Surveyor Indonesia dan internal PLN terhadap pelanggan rumah tangga di Jakarta, Bali, dan Bangka Belitung, sektor rumah tangga turun karena beberapa hal.

Untuk pelanggan rumah tangga yang memakai daya lebih rendah dari 1.300 VA penurunan penjualan listrik karena harga listrik, daya beli yang menurun, dan adanya program subsidi tepat sasaran. Sehingga berdampak pada penghematan.

(Baca: Pemerintah Pastikan Tarif Listrik dan BBM Tak Naik Awal Juli)

Namun, pelanggan yang memakai daya lebih besar dari 1.300 VA tidak sensitif terhadap kenaikan harga. Hanya cenderung menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, seperti menggunakan lampu LED dan memanfaatkan panel surya di atap rumah. Pelanggan yang memakai panel surya ini berpotensi mengurangi konsumsi listrik yang dibangkitkan ke PLN per bulannya, sekitar 59.371 kwh.

Bagi sektor industri, penurunan pemakaian listriknya karena target pertambahan pelanggan yang tidak tercapai atau baru 63% dari target, bahkan ada beberapa pelanggan industri yang berhenti. Beberapa pelanggan juga bermigrasi ke daya lebih rendah karena kendala produksi dan pasar. 

Penyebab lainnya pelanggan membangun pembangkit sendiri dan paralel dengan pembangkit PLN. Ada lagi faktor kebijakan pemerintah seperti impor barang jadi dan setengah jadi yang membuat industri dalam negeri tertekan sehingga konsumsi tenaga listrik turun. 

Mengacu data PLN, enam tahun terakhir tren penjualan listrik memang berfluktuasi. Pada 2011 pertumbuhan penjualan listrik mencapai 7,26% atau sebesar 157,993 Gwh. Lalu pada 2012 naik sedikit menjadi 10,13% atau sekitar 173,991 Gwh, ini merupakan puncak tertinggi penjualan listrik PLN selama enam tahun terakhir. 

Namun, pada 2013, turun lagi menjadi 7,79% atau sekitar 187,541 Gwh. Pada 2015, turun lagi menjadi 2,14% atau sekitar 202,846 Gwh. Pada 2016 penjualan listrik sebesar 6,49% atau sekitar 216,004 Gwh.

Di sisi lain, jumlah pelanggan PLN terus mengalami peningkatan. Sejak awal tahun hingga Agustus 2017, total pelanggan PLN sudah mencapai 66 juta pelanggan, padahal tahun lalu jumlah pelanggan PLN baru mencapai 64 juta.  Salah satu pemicu adalah banyaknya desa terpencil yang mulai terlistriki. 

PLN mencatat saat ini, sudah ada 73.149 desa di seluruh Indonesia yang sudah terlistriki, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang baru mencapai 72.141 desa. Artinya ada penambahan 1.008 desa yang terlistriki sepanjang 8 bulan terakhir ini.