PT Pertamina (Persero) menyatakan ExxonMobil sudah mengajukan penawaran harga hak kelola di Lapangan Jambaran Tiung Biru. Perusahaan asal Amerika Serikat itu menawarkan harga sebesar US$ 121 juta atau setara Rp 1,61 triliun untuk seluruh hak kelolanya di lapangan tersebut.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan meski ExxonMobil sudah mengajukan harga, hingga kini belum ada kesepakatan. "Exxon minta US$ 121 juta di struktur Jambaran Tiung Biru," kata dia di Jakarta, Rabu (16/8).
(Baca: Exxon Lepas Seluruh Hak Kelola di Lapangan Jambaran Tiung Biru)
Presiden Direktur PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Andriansyah juga membenarkan harga tersebut. Namun harga tersebut masih dalam proses negosiasi. "Harga belum close, itu harga permintaan Exxon," kata dia, Rabu (16/8).
Harga tersebut berbeda dengan yang pernah disampaikan Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (6/6). Saat itu, ia menyebutkan nilai yang harus dibayar Pertamina untuk mengakuisisi hak kelola Exxon saat itu mencapai US$ 130 juta.
Di Lapangan Jambaran Tiung Biru Blok Cepu, Pertamina EP Cepu dan ExxonMobil memiliki hak kelola masing-masing sebesar 41,4%. Sisanya dipegang oleh PT Pertamina EP sebesar 8% dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 9,2%.
(Baca: Jalan Panjang Kesepakatan Harga Gas Proyek Tiung Biru US$ 1,5 Miliar)
Nantinya ketika kesepakatan antara PEPC dan Exxon selesai, maka porsi hak kelola di Lapangan Jambaran Tiung berubah menjadi 90% dipegang PT Pertamina EP Cepu. Sisanya sebanyak 10% dimiliki kepada pemerintah daerah.
Setelah kesepakatan harga rampung, Adriansyah menargetkan proses akuisisi bisa selesai dalam satu hingga dua bulan ke depan. Ini karena masih perlu proses administrasi dan perhitungan kondensat yang akan diproduksi dari lapangan tersebut. "Jadi bukan cuma masalah deal harga, hitung-hitungan seperti ini kan harus dibicarakan. September sudah bisa mulai," kata dia beberapa waktu lalu.
(Baca: Kementerian ESDM Putuskan Harga Gas Jambaran Tiung Biru US$ 7,6)
Sementara itu manajemen ExxonMobil belum berkomentar mengenai hal tersebut. Vice Presidet Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto belum merespon pesan yang disampaikan, Rabu (16/8).