Pemasangan alat ukur produksi minyak bumi (flow meter) sudah hampir selesai. Targetnya akhir bulan ini alat itu terpasang di seluruh blok minyak dan gas bumi (migas) yang di Indonesia.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan per 15 Juli 2017 lalu pemasangan flow meter sudah 77 persen dari 209 titik yang sudah ditentukan. "Target selesai masih di akhir bulan ini," ujar dia kepada Katadata, Senin (17/7).

(Baca: Pemasangan Alat Ukur Produksi Minyak Ditarget Selesai Bulan Ini)

Pemasangan flow meter ini merupakan amanah dari Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 39 tahun 2016 yang berlaku sejak 29 November 2016 lalu. Jika mengacu aturan tersebut, sebenarnya pemasangan flow meter harus telah terpasang paling lama enam bulan sejak aturan itu berlaku.

Namun karena menghadapi beberapa kendala, target penyelesaian pemasangan alat ukur produksi itu harus molor sampai bulan ini.  Salah satunya adalah proses administrasi dan pengadaan barang. Pengadaan alat ukur tersebut tidak bisa langsung dilakukan serentak, tapi bertahap.

(Baca: SKK Migas Pilih Global Haditech Sediakan Alat Ukur Produksi Migas)

Jika dirinci, dari 209 titik pemasangan Flow meter berada di 174 blok migas produksi dan 35 terminal titik serah minyak dan gas bumi yang siap jual (lifting). Adapun sebanyak 32 perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang terlibat dalam pemasangan ini. 

Blok migas yang sudah terpasang flow meter adalah Rokan di Riau yang saat ini dikelola oleh Chevron Indonesia. Rokan merupakan penyumbang terbesar produksi minyak nasional. Hingga akhir Juni, produksi di Blok Rokan mencapai 226.500 barel per hari (bph), sedangkan dalam rencana kerja dan anggaran biaya targetnya 227.600 bph.

(Baca: Lifting Minyak dan Gas Bumi Semester I 2017 Turun)

Nilai anggaran untuk pengadaan alat ini untuk 209 titik, sebesar Rp 59,8 miliar. Ini masuk dalam anggaran SKK Migas.