PT Pertamina (Persero) telah menyelesaikan kajian keekonomian delapan blok minyak dan gas bumi (migas) yang ditugaskan pemerintah. Kesimpulan kajian tersebut adalah dari semua blok itu, hanya East Kalimantan yang tidak ekonomis menggunakan skema gross split.

Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati mengatakan sudah menyerahkan hasil kajian kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dalam laporannya, perusahaan pelat merah itu memberikan beberapa masukan kepada pemerintah, termasuk agar Blok East Kalimantan menjadi ekonomis.

Selain itu, manajemen Pertamina juga meminta pemerintah mengevaluasi keekonomian Blok East Kalimantan. "Yang masih dievaluasi itu wilayah kerja East Kalimantan," ujar Meidawati kepada Katadata, Jumat (23/6).

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan penyebab blok itu tak ekonomis adalah adanya kewajiban dana pemulihan tambang (Abandonment Site Restoration/ASR). Apalagi skema gross split tidak ada pengembalian biaya operasional (cost recovery).

(Baca: Alih Kelola Blok East Kalimantan Terganjal Dana Pasca Tambang)

Halaman: