PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) dan PT Pupuk Indonesia akan menyerap gas dari proyek pengembangan Blok Masela. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, gas tersebut akan dipakai sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang akan dibangun di kawasan Masela. Kapasitasnya mencapai 300 Megawatt (MW), "Itu kira-kira butuh 60 mmscfd," kata dia di Jakarta, Senin (12/6).
(Baca: Luhut Dorong Pertamina Beli Gas dari Blok Masela)
Selain swadaya, PLN juga juga tidak menutup kemungkinan berkerja sama dengan pihak swasta dalam membangun pembangkit listrik. Listrik dari pembangkit itu untuk memenuhi kebutuhan industri yang akan dibangun di kawasan Blok Masela, seperti pabrik pupuk, methanol dan PT Elsoro Multi Prima.
Pembangunan PLTGU di Blok Masela ini juga akan masuk dalam pembahasan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2018-2027. Pembangkit ini akan mulai dibangun setelah industri di kawasan tersebut siap.
Supangkat memperkirakan industri di kawasan Blok Masela baru mulai dibangun pada 2023 mendatang. "Tergantung nanti industrinya, kan disinkronkan," ujar Iwan.
Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan sudah ada tiga industri yang ingin menyerap gas dari Blok Masela. "Pabrik pupuk, methanol, dan dimetil eter. Ini gasnya dari Masela. Kalau lokasi pabriknya kan tergantung nanti titiknya ada dimana," kata dia.
(Baca: Kemenperin Pangkas Alokasi Gas Masela untuk Industri Dalam Negeri)
Namun, pembahasan terkait pembelian gas dari tiga industri tersebut belum selesai. Untuk memastikan pembelian gas itu masih ada beberapa hal yang harus dibahas, termasuk harga dan jadwal pengaliran gas. Selanjutnya akan dilakukan penandatangan jual beli gas (PJBG).
Kepala Corporate Communication Pupuk Indonesia Wijaya Laksana membenarkan pihaknya hendak menyerap gas Blok Masela sebesar 214 mmscfd untuk kebutuhan pabrik pupuknya. Namun, perusahaannya menginginkan harga gas yang dijual dari Inpex Corporation bisa lebih murah. "Kalau harga idealnya di US$ 3-4 per mmbtu," kata dia kepada Katadata, Senin (12/6).
Pembeli gas Masela ini penting untuk menentukan kapasitas produksi kilang. Apalagi saat ini ada dua opsi kapasitas produksi. Inpex menginginkan alokasi LNG sebesar 9,5 mtpa dan gas pipa hanya 150 mmscfd. Sedangkan pemerintah ingin untuk dalam negeri lebih besar, yakni 474 mmscfd gas pipa dan 7,5 mtpa untuk gas alam cair (Liquefied Natural Gas/ LNG).
(Baca: Pemerintah Targetkan Tiga Bulan Dapatkan Pembeli Gas Masela)
Pemerintah menargetkan dalam waktu tiga bulan ini calon pembelinya sudah meneken kontrak jual-beli gas dengan Inpex selaku operator Blok Masela. “474 mmscfd itu tidak sekadar head of agreement (HoA), karena bisa berubah dan kami tidak mengharapkan itu, alokasinya itu gede,” kata Arcandra.