Produksi gas dari Proyek Jangkrik di Kalimantan Timur terus meningkat. Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ingin meningkatkan kapasitas produksi menjadi 900 mmscfd, atau dua kali lipat dari sebelumnya sebesar 450 mmscfd atau 83 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalen per day/boepd).
Penambahan kapasitas produksi itu karena ada beberapa proyek yang akan menggunakan fasilitas Jangkrik. Pertama, tambahan gas dari Lapangan Merakes di Blok East Sepingan yang juga dikelola ENI, yang bisa meningkatkan produksi menjadi 600 mmscfd.
Kedua, rencana Eni menggandeng Chevron dalam penggunaan fasilitas produksi Jangkrik untuk proyek ultra laut dalam (Indonesia Deepwater Development /IDD) di Gendalo-Gehem, Selat Makassar, karena lokasinya berdekatan. Alhasil, pada 2022 produksi gas dari Jangkrik mencapai 900 mmscfd, atau sekitar 13 persen dari produksi gas nasional.
(Baca: Pemerintah Klaim Chevron Mau Pakai Fasilitas ENI untuk Proyek IDD)
Rencana kerja sama penggunaan fasilitas produksi ini akan membuat Chevron efisien, karena tidak ada duplikasi dan tidak perlu mengeluarkan investasi lagi membangun fasilitas produksi. Selain itu waktunya bisa lebih cepat.
Di sisi lain, menurut Jonan, keberadaan proyek Jangkrik ini memberikan efek sangat signifikan terhadap industri hulu migas Indonesia. Bahkan, proyek ini diharapkan bisa menggantikan kontribusi produksi dari Blok Mahakam yang sudah mulai turun.
(Baca: Total Waspadai Penurunan Produksi Blok Mahakam)
Saat ini, produksi dari fasilitas Jangkrik sudah mencapai 120 hingga 130 mmscfd. Padahal, proyek ini baru beroperasi pada 26 Mei mendatang lebih cepat daripada target yang tercantum di dalam rencana strategis Kementerian ESDM 2015-2019 yaitu tahun 2018. “Ini bukti kami mampu kembangkan lapangan migas baru,” kata dia dikutip dari situs Kementerian ESDM, Senin (12/7).
Pada awalnya, produksi hanya 40 mmscfd. Angka ini terus meningkat mencapai puncak produksi 450 mmscfd pada dua atau tiga bulan ke depan. Sementara saat ini produksi gas nasional 7.100 mmscfd.
Sebagaimana diketahui, proyek pengembangan kompleks Jangkrik berada di lepas pantai laut dalam Indonesia. Proyek ini memuat produksi dari Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East yang dikelola oleh Eni. Produksi dari kedua lapangan disalurkan melalui 10 sumur bawah laut yang terhubung dengan FPU Jangkrik.
(Baca: Menuju Puncak, Produksi Gas dari Proyek Jangkrik Melonjak 150%)
Setelah diproses di atas FPU, gas akan dialirkan melalui pipa khusus sepanjang 79 km ke fasilitas penerima di darat atau Onshore Receiving Facility yang keduanya baru dibangun oleh Eni, melalui Sistem Transportasi Kalimantan Timur, hingga tiba di kilang LNG Badak di Bontang. Produksi gas dari Jangkrik akan memasok gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNGO ke pasar domestik dan juga pasar ekspor.