PT Pertamina (Persero) akan mengatur kembali jadwal operasi proyek kilang baru dan peningkatan kapasitas kilang. Penyebabnya, keterbatasan dana. Jika proyek tersebut dilaksanakan bersamaan maka akan memberatkan kondisi keuangan perusahaan.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, meski jadwalnya mundur Pertamina tetap mengusahakan sebelum 2025 sudah terbangun. "Kami mencoba reschedule ke belakang sedikit (proyek kilang), tapi tetap memenuhi target 2025," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa malam (6/6).

(Baca: Iran Mengusik Dominasi Arab Saudi Garap Proyek Kilang Pertamina)

Beberapa proyek yang mengalami pemunduran jadwal adalah pembangunan kilang baru di Tuban, Jawa Timur, kemudian peningkatan kapasitas di Cilacap, Balongan dan Balikpapan. Sementara proyek kilang baru di Bontang, Kalimantan Timur dan peningkatan kapasitas kilang di Dumai, Jawa Barat, masih tetap sesuai jadwal.

No.Proyek KilangTarget AwalTarget Baru
1.Tuban20212024
2.Cilacap20212023
3.Balongan20202021
4.Balikpapan Tahap 120192020
5.Balikpapan Tahap 220202021
6.Dumai2023-
7.Bontang2024-

Sementara itu, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan pengaturan ulang jadwal operasi kilang ini juga agar beban keuangan perusahaan tidak terlalu besar. “Supaya beban keuangannya tidak menumpuk,” ujar dia.

(Baca: Kuwait dan Tiongkok Calon Kuat Mitra Pertamina di Kilang Bontang)

Untuk menggarap proyek kilang tersebut, Pertamina membutuhkan dana sekitar US$ 36,27 miliar atau lebih dari Rp 471 triliun. Perinciannya, Kilang Balongan sebesar US$ 1,27 miliar, Kilang Balikpapan US$ 5,3 miliar, Kilang Cilacap US$ 4,5 miliar, dan Kilang Dumai US$ 4.2 miliar. Kemudian untuk kilang baru di Tuban harus menyiapkan dana US$ 13 miliar dan Kilang Bontang US$8 miliar.

Anggota DPR Komisi VII DPR Harry Poernomo sebelumnya pernah mempertanyakan proses pembangunan kilang Pertamina yang terkesan lambat. "Pak Direktur Utama katanya mau meninjau lagi masalah financial, ini kenapa. Saya mengartikannya semacam ada suspend," kata dia di sela-sela rapat dengar pendapat dengan Pertamina di DPR, Jakarta, Selasa (6/6).

Di sisi lain, kinerja Pertamina pada awal tahun ini tidak terlalu kinclong dibandingkan tahun lalu. Laba bersih BUMN energi ini tergerus akibat kenaikan harga minyak dan beban penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM).

(Baca: Tertekan Beban Penjualan BBM, Laba Pertamina Anjlok 24,7%)

Laba bersih Pertamina pada kuartal I tahun ini mencapai US$ 760 juta. Jumlahnya merosot 24,75 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 1,01 miliar.