PT Pertamina (Persero) menyambut peluang kerja sama impor minyak mentah dan elpiji (Liquefied Natural Gas/LPG) dari perusahaan asal Uni Emirat Arab (UAE). Harapannya, dua komoditas migas itu bisa dibeli Pertamina dengan harga diskon.
Direktur Pemasaran Pertamina Muchammad Iskandar berharap perusahaan asal Uni Emirat Arab yakni ADNOC mau memberikan harga yang murah. "Iya harga lebih murah, apalagi ini kerjasamanya open kan," katanya di Jakarta, Senin (22/5).
(Baca: Mau Investasi Rp 67 Triliun, Uni Emirat Arab Minta Jaminan Pemerintah)
Menurut dia, sampai saat ini belum ada pembahasan mengenai besaran volume minyak mentah dan elpiji yang akan diimpor. Yang jelas, volumenya disesuaikan dengan kebutuhan Pertamina.
Peluang pembelian minyak mentah dan elpiji merupakan salah satu kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan UEA. Kedua pemerintah telah bertemu di Kementerian ESDM, Kamis pekan lalu (18/5).
Pertemuan itu membuahkan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah rencana pembelian langsung minyak mentah dan elpiji dari perusahaan minyak nasional UEA, yaitu ADNOC. Jadi, Pertamina bisa membeli tanpa perantara.
(Baca: Pertamina Bisa Beli Minyak dari Perusahaan UEA Tanpa Perantara)
Perusahaan UEA juga berminat kerja sama di sektor hulu. Mereka menyatakan minatnya bekerja sama dengan Pertamina mengelola 10 wilayah kerja migas yang baru ditugaskan Pemerintah kepada Pertamina.
Selain di sektor energi, Uni Emirat Arab juga menawarkan kerja sama di bidang transportasi udara dan ekonomi lainnya seperti pelabuhan, energi, pembangkit listrik tenaga surya hingga sektor pertanian. Adapun potensi tambahan investasi dari kerjasama ini sebesar US$ 5 miliar.
Pembelian elpiji dengan harga diskon ini bukan kali pertama didapatkan Pertamina. Tahun lalu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini telah menjajaki kerjasama dan sudah mengimpor pasokan elpiji dari negara Timur Tengah lainnya, yakni Iran.
(Baca: Indonesia Dapat Diskon Beli Elpiji dari Iran)
Pertamina mengklaim mendapatkan harga murah dari pembelian elpiji asal Iran itu. “Kami akan memaksimalkan volume impor dari sumber yang termurah,” kata Senior Vice President Integrated Suply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba kepada Katadata beberapa waktu lalu.