Pemerintah akhirnya mulai melunak terhadap Inpex Corporation. Saat bertemu dengan perwakilan Inpex, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyetujui permintaan untuk mengkaji desain awal (pre-FEED) pengembangan Blok Masela dalam dua tahap.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan nantinya proses kajian desain awal ini terdiri dari dua fase. "Ya mereka minta begitu (pakai dua fase), kami lihat saja," kata dia usai bertemu perwakilan Inpex di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/5). 

Sebelumnya, pemerintah ngotot meminta Inpex melakukan pre-FEED dalam satu tahapan. Sementara Inpex menginginkan adanya kajian awal terlebih dahulu sebelum pre-FEED. Alasannya, Inpex ingin kajian mengenai dua skenario pengembangan Blok Masela dilakukan dan sudah diputuskan sebelum pre-FEED.  

Kajian awal ini terkait dua skenario kapasitas produksi dan pemilihan lokasi untuk proyek pengembangan Blok Masela. Dengan begitu, saat pree-FEED sudah dipastikan kajian desainnya menggunakan satu skenario yang sudah ditetapkan.

"Saran mereka (Inpex) ada namanya fase satu dan fase dua. Untuk fase satu, nanti dibuat kriterianya seperti apa. Untuk fase dua juga nanti ada kriterianya," kata Arcandra. (Baca: Jonan Ancam Cabut Kontrak Inpex untuk Kembangkan Blok Masela)

Meski begitu, Arcandra belum mau menyebutkan apa saja kriteria yang akan diuji pemerintah untuk memutuskan opsi terbaik dari dua skenario ini. Pemerintah masih akan membicarakan keputusan yang diambil setelah Inpex selesai melakukan tahapan-tahapan desain awal tersebut.

(Baca: Luhut Minta Kajian Desain Awal Blok Masela Selesai Tahun Ini)

Dalam kajian desain awal tahap pertama ini Inpex akan mengkaji dua opsi kapasitas produksi yang akan digunakan dalam Proyek Masela. Pertama, menggunakan skenario Inpex dengan kapasitas produksi pengolahan gas alam cair (LNG) sebesar 9,5 juta ton per tahun (mtpa) dan 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd) untuk alokasi gas pipa.

Kedua, skenario yang diinginkan pemerintah yakni 7,5 mtpa untuk LNG dan 474 mmscfd untuk gas.

Selain mengkaji kapasitas produksi, Inpex juga harus mengkaji lokasi yang layak untuk dibangun fasilitas kilang pengolahan LNG. Opsinya pun ada dua, yakni di Pulau Yamdena dan Pulau Aru. Kedua pulau ini berada di sekitar sumur gas Lapangan Abadi Blok Masela.

Mengenai kajian desain awal Proyek Masela ini, pemerintah telah menetapkan batas waktu kepada Inpex untuk menyelesaikannya. Arcandra mengatakan waktu yang diberikan adalah enam hingga sembilan bulan.

Sayangnya, dia tidak memberitahu secara pasti apakah pemerintah akan memberikan sanksi jika Inpex belum bisa menyelesaikan kajian tersebut sesuai tenggat waktu yang diberikan.

(Baca: Ancam Kontrak Inpex, Arcandra: Ada Perusahaan Tertarik Kelola Masela)

Pihak Inpex mengaku akan segera menyelesaikan kajian awal seperti yang diminta pemerintah. Namun, masih ada beberapa tahapan yang harus diselesaikan dengan pemerintah.  "Kami terus berupaya memulai proyek pengembangan lapangan gas Abadi secepatnya," kata Juru Bicara Inpex Usman Slamet kepada Katadata, Jumat (5/5).

Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, Menteri ESDM Ignasius Jonan pernah mengirimkan surat kepada Inpex pada 7 Februari 2017. Dalam surat tersebut, dia meminta Inpex melakukan kajian terhadap dua skenario kapasitas produksi dan lokasi kilang dalam Pre-FEED.

Melalui surat balasan pada 24 Februari lalu, Inpex menyatakan setuju melaksanakan permintaan tersebut. Namun, Inpex meminta skenario ini dilakukan pada kajian awal sebelum pre-FEED. Tujuannya agar Inpex dapat menjalankan desain awal secara efisien dan murah.

Pertimbangannya, menurut Inpex, biaya untuk melakukan satu kajian desain awal adalah sekitar US$ 25 juta. Sementara Inpex diminta melakukan empat kajian meliputi kapasitas produksi dan penentuan pulau dalam tahap Pre-FEED. Jadi, totalnya mencapai sekitar US$ 100 juta.

Sedangkan Arcandra mengatakan biaya melakukan kajian desain awal tidaklah mahal. Pernyataan ini berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun di industri migas. "Saya pernah Pre-FEED di Malaysia tidak besar biayanya. Padahal lapangan migas itu offshore (lepas pantai) dan deepwater (laut dalam)," kata dia beberapa waktu lalu.