Pupuk Indonesia Negosiasikan Harga Gas Blok Kasuri

Arief Kamaludin (Katadata)
27/4/2017, 19.09 WIB

PT Pupuk Indonesia (Persero) sedang menegosiasikan harga gas dari Blok Kasuri di Papua Barat. Jika mencapai kesepakatan, gas itu untuk memasok kebutuhan pabrik petrokimia yang akan dibangun di Teluk Bintuni, Papua.

Kepala Corporate Communication Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengatakan, harga yang diminta perusahaannya adalah US$ 3 per juta british thermal unit (mmbtu). Hal ini mengacu pada harga beberapa pabrik petrokimia di negara lain yang membeli gas dengan harga kisaran US$ 2- 3 mmbtu.

(Baca: Rencana Pengembangan Blok Kasuri Terkendala Harga Gas)

Jika harga gas dari blok tersebut di atas harga pasar, menurut Wijaya, bisa mempengaruhi daya saing perusahaan. “Kalau mahal kami sulit bersaing di pasar internasional, sekarang masih proses negosiasi," kata dia kepada Katadata, Rabu (26/4).

Pupuk Indonesia akan membeli gas dari Blok Kasuri yang dikelola Genting Oil sebanyak 130 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun, kebutuhan gas pabrik itu sebenarnya bisa mencapai 257 mmscfd.(Baca: SKK Migas Akan Tukar Alokasi Gas Tangguh dengan Blok Kasuri)

Selain dari Genting, Pupuk Indonesia juga akan mendapat pasokan gas dari Proyek Tangguh yang dikelola BP. Namun, rencana tersebut masih terganjal masalah harga. "Masih proses negosiasi harga," kata Wijaya.

Sementara itu, Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Parulian Sihotang mengatakan, secara administrasi Pupuk Indonesia sudah mengajukan keinginan membeli gas Kasuri. Selain Kasuri, Pupuk juga memang akan membeli gas Tangguh.

Namun, sampai saat ini belum ada keputusan mengenai jual-beli tersebut. "Saat ini masih bahas intensif antara Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian dan SKK Migas serta Pupuk Indonesia, khususnya bahas alokasi, term komersial, dan harga gas," kata dia kepada Katadata, Rabu (26/4).

Sebagai informasi, Pupuk Indonesia akan mulai membangun pabrik petrokimia tahun depan. Targetnya, pabrik tersebut bisa rampung paling lambat pada 2021.

Wijaya mengatakan, Pupuk Indonesia semula berencana membangun pabrik urea. Namun, karena harga urea sedang anjlok dan harga gas masih tinggi, perusahaan berubah rencana dengan membangun pabrik petrokimia.

Dari data Kementerian Perindustrian,  Pupuk Indonesia dan Ferrostaal akan bekerjasama melakukan penelitian pengembangan pabrik petrokimia di Teluk Bintuni. Nilai proyek itu ditaksir sebesar  US$ 1,5 miliar. 

Rencananya, proyek itu akan dibangun di atas lahan sekitar 2.112 hektare. Pabrik itu bakal menghasilkan produk petrokimia, seperti methanol dan turunannya ethylene, propylene, polyethyiene dan polypropylene.

Methanol merupakan salah satu bahan dasar cat, kayu lapis dan juga untuk bahan peledak. Sementara Ethylene dan Polyethylene untuk bahan baku pembuatan plastik. 


Pemanfaatan Gas Bumi Menurut Pengguna 2012

Di sisi lain, pembelian gas ini merupakan hal penting untuk pengembangan Blok Kasuri. Menurut Wakil Kepala SKK Migas M.I Zikrullah, salah satu persoalan yang masih mengganjal dalam pembahasan rencana pengembangan lapangan (PoD) tersebut adalah komersialitas dari produksi gas Blok Kasuri.

(Baca: Belum Dapat Pembeli, Pengembangan Blok Kasuri di Papua Terhambat)

Zikrullah tidak bisa memastikan waktu penandatanganan PoD Blok Kasuri oleh Menteri ESDM. Awalnya, target penandantanganan bisa terlaksana pada Januari lalu sehingga dapat memulai produksinya pada 2019 mendatang. Blok ini bisa memproduksi gas sekitar 285 mmscfd.