Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar berkunjung ke tiga negara di Timur Tengah pada pekan lalu. Tiga negara tersebut adalah Qatar, Kuwait, dan Yordania. Dalam kunjungan tersebut, dia menawarkan peluang kerja sama dengan investor ketiga negara tersebut.
Dalam kunjungannya ke Qatar, Arcandra menjajaki kerja sama di sektor migas. Salah satu sektor investasi yang ditawarkan kepada investor negara tersebut adalah pembangunan kilang di Bontang, Kalimantan Timur. Perusahaan migas negara tersebut, Qatar Petroleum, sudah menunjukkan respons yang cukup baik terhadap tawaran ini.
Pemerintah akan mengutus PT Pertamina (Persero) untuk kelengkapan dokumen dan undangan investasi di Kilang Bontang kepada Qatar Petroleum. Ini akan menjadi tindak lanjut dari penawaran investasi pembangunan kilang Bontang, (Baca: Pertamina Buka Peluang Aramco dan Rosneft Garap Kilang Bontang)
Dalam lawatannya pekan lalu, Arcandra bertemu bilateral dengan Menteri Energi dan Industri Qatar Al-Sada, Chief Executive Officer (CEO) perusahaan migas Qatar, dan Qatar Investment Authority (QIA). Ia mengatakan, CEO QIA tertarik untuk berinvestasi di sektor migas, infrastruktur, dan komoditi di Indonesia.
"Saya mengapresiasi tingginya minat QIA untuk berinvestasi di Indonesia pada sektor usaha yang sudah established atau go public serta turut mengundang FDI (investasi langsung) Qatar pada sektor migas, khususnya bagi pembangunan kilang di Bontang dan sektor infrastruktur," kata Arcandra berdasarkan siaran resminya yang dikutip Katadata, Senin (10/4).
Selain menawarkan Kilang Bontang, Arcandra juga menyampaikan peluang kerja sama bagi Qatar terhadap proyek kilang minyak lainnya di Indonesia. Pembangunan kilang menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dari sekitar 1 juta barel per hari (bph) menjadi 2 juta bph pada 2023.
(Baca: Lebih 50 Investor Lokal dan Asing Berebut Proyek Kilang Bontang)
Sebelum ke Qatar, Arcandra juga melakukan kunjungan ke Kuwait dan Yordania. Di Kuwait, dia melakukan rapat bilateral dengan Menteri Perminyakan, Ketenagalistrikan, dan Air Kuwait, Mr. Issam Abdulmohsen Almarzooq. Kuwait menyampaikan ketertarikannya untuk melakukan kerja sama dan investasi bidang energi.
Arcandra juga bertemu dengan CEO KPC dan Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC). Dalam rapat tersebut, ia juga berkesempatan untuk menjelaskan skema kontrak kerjasama migas Gross Split kepada Kuwait. Untuk menindaklanjuti pertemuan itu, Pertamina akan mengundang Kuwait Petroleum Corporation (KPC) ke Indonesia untuk mengkaji kemungkinan kerja sama dengan Pertamina.
Di Amman, Yordania, Arcandra menghadiri acara The 3rd Jordan International Energy Summit pada Minggu (2/4). Dia menjelaskan tentang kebijakan batas atas (ceiling price) penyediaan energi baru terbarukan (EBT) per wilayah di Indonesia. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan harga listrik lebih kompetitif.
Arcandra juga menjelaskan potensi pengembangan EBT di wilayah timur dan ujung barat Indonesia. Kebijakan harga tersebut dilakukan agar masyarakat tidak terbebani oleh tarif listrik yang tinggi, dan produksi listrik yang bersumber dari EBT dapat sepenuhnya terserap.
Dia menilai mekanisme batas atas ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong pengembangan EBT di luar pulau Jawa. Terutama daerah timur Indonesia yang Biaya Pokok Produksi (BPP) listriknya lebih besar dari BPP nasional. Adapun mekanisme batas atas itu diatur dalam Permen ESDM Nomor 12/2017 yang mengubah mekanisme feed-in-tariff menjadi batas atas.