Satu unit dari salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terbesar di dunia mulai beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) di Indonesia. Proyek PLTP Sarulla Unit I ini berkapasitas total 110 MegaWatt (MW), terletak di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Sibual-buali, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
PLTP Sarulla ini sebenarnya dibagi menjadi tiga unit yang dikembangkan di dua lokasi. Pertama, unit I yaitu proyek Silangkitang (SIL) berkapasitas sebesar 1x110 MW. Kedua, unit II dan III yaitu proyek Namora - I - Langit (NIL) berkapasitas 2x110 MW. Jadi, total kapasitas PLTP Sarulla ini sebesar 3x110 MW, yang menjadi salah satu PLTP terbesar di dunia.
(Baca: Garap 3 Proyek Besar Tahun Depan, Medco Sedia Rp 46 Triliun)
PLTP Unit II dijadwalkan beroperasi pada September mendatang. Sedangkan, Unit III ditargetkan beroperasi secara komersial pada Maret tahun depan. Secara keseluruhan, proyek ini berada dalam Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Sibual - buali.
Pembangkit ini dioperasikan oleh Sarulla Operation Limited (SOL), perusahaan patungan berbagai pihak di dalam dan luar negeri. Mereka adalah Itochu Corporation dengan kepemilikan 25 persen, Kyushu electric Power Co. Inc. Jepang sebesar 25 persen, PT Medco Power Indonesia 18,99 persen dan Ormat International Inc. 12,75 persen. Ada pula Inpex Corporation dengan kepemilikan 18,25 persen, setelah mengakuisisi 49 persen saham anak perusahaan Medco pada 2015.
CEO Ormat Isaac Angel menyatakan, beroperasinya PLTP Sarulla Unit I ini sangat penting bagi perusahaan. Alasannya, kontrak pasokan untuk pembangkit ini adalah kontrak tunggal terbesar yang telah diteken Ormat. Ormat Technologies Inc. membuat desain konseptual dari pembangkit listrik tenaga panas bumi unit siklus gabungan (GCCU) dan menyediakan Ormat Energy Converter (OEC).
Isaac mengklaim telah memproduksi dan mengirimkan peralatan lebih cepat dari jadwal. Alhasil, operasi ini bisa dilakukan dan dapat dilanjutkan dengan pekerjaan unit kedua dan ketiga dari proyek Sarulla yang diharapkan dapat beroperasi masing-masing pada 2017 dan 2018.
(Baca: PLN Pilih Anak Usaha Lama untuk Mengurus Energi Terbarukan)
"Teknologi GCCU Ormat yang sudah teruji yang juga dimanfaatkan di Proyek Sarulla, akan menjamin pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan dari sumber daya dalam memberikan Indonesia energi yang bersih, hemat biaya dan kapasitas baseload," ujar Issac dalam siaran persnya, Selasa (28/3).
Sementara itu, Wakil Presiden Toshiba untuk Perusahaan Sistem Energi & Solusi mengatakan Takao Konishi menjelaskan, pembangkit ini menggabungkan teknologi flash dan biner menghasilkan pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi. Selanjutnya, menginjeksikan kembali 100 persen dari uap panas bumi yang sudah terpakai. Dalam proyek ini, Toshiba menyediakan turbin dan generator uap (STGs) panas bumi untuk sistem flash.
"Kami terus mendukung pengembangan solusi listrik dan infrastruktur di Indonesia. Kami mendirikan PT Toshiba Asia Pacific Indonesia tahun 2014 untuk mengerahkan sumber daya dan keahlian Toshiba dalam mendukung pengembangan solusi listrik dan infrastruktur di Indonesia," ujar Konishi.
(Baca: Jokowi Resmikan Tiga Proyek Pembangkit Panas Bumi Rp 6 Triliun)
Seperti dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, PLTP Sarulla termasuk dalam program percepatan pembangunan ketenagalistrikan (fast track program/ FTP) 10 ribu MW tahap II. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 40 tahun 2014 tentang Daftar Proyek - Proyek Percepatan Pembangunan Tenaga Listrik yang menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas serta Transmisi terkait.