Presiden Utama PT Freeport Indonesia Chappy Hakim mengklarifikasi pemberitaan atas peristiwa yang membawa namanya pada rapat tertutup dengan Komisi VII DPR, Kamis (9/2). Dia membantah pemberitaan bahwa telah terjadi pemukulan yang dilakukannya terhadap anggota anggota Komisi VII Muchtar Tompo usai rapat tersebut
"Hal ini sejalan dengan pernyataan Pak Mochtar sendiri bahwa tidak terjadi pemukulan," Tulis Chappy melalui keterangan resminya yang diterima Katadata, Kamis malam (9/2). (Baca: Anggota DPR Mengaku Dibentak Bos Freeport karena Menagih Smelter)
Chappy mengatakan rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan 9 perusahaan tambang, berjalan secara kondusif dan konstruktif. Dia mengaku sangat menghargai masukan dan pertanyaan yang konstruktif dari para anggota Komisi VII.
"Pada saat Saudara Mochtar menghampiri saya, saya mempertanyakan tanggapannya mengenai ketidak-konsistenan perusahaan dan meminta Pak Mochtar untuk menunjukan ketidak-konsistenan tersebut," kata dia.
Bos Besar Freeport Indonesia ini pun kemudian mengakui kesalahannya. Dia menyatakan menyatakan hal yang terjadi setelah selesai rapat komisi VII DPR kemarin merupakan hal yang tidak diinginkan oleh pihak manapun. "Dengan tulus saya memohon maaf kepada Komisi VII DPR RI atas polemik yang terjadi," ujarnya.
Pada akhir keterangannya, Chappy menyampaikan bahwa ia memastikan akan tetap mematuhi hukum dan seluruh peraturan di Indonesia. Dia berharap Freeport dapat terus bekerjasama dan berkontribusi kepada seluruh pemangku kepentingan di Papua dan Indonesia. (Baca: Tak Bisa Ekspor, Gudang Penyimpanan Freeport Penuh)
Seperti diketahui, sebuah insiden pecah di pengujung RDP Komisi Energi DPR dengan para bos raksasa perusahaan pertambangan, kemarin. Saat itu Chappy Hakim disebut-sebut memarahi dan menunjuk-nunjuk anggota DPR, Mukhtar Tompo.
Tak diketahui pasti pangkal soal insiden tersebut karena rapat yang berlangsung mulai pukul 11.00 WIB, Kamis (9/2) siang, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, itu sebenarnya berlangsung tertutup. Usai rapat, berhembus kabar adanya pemukulan oleh Chappy terhadap seorang anggota DPR. Tapi, Mukhtar membantah adanya insiden pemukulan tersebut.
Politisi Partai Hanura ini mengisahkan, kejadian bermula saat dirinya di dalam rapat mengomentari komitmen Freeport membangun pabrik pengolahan mineral (smelter). Sebab, sejak terbitnya Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009 yang mewajibkan perusahaan tambang membangun smelter, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu tak kunjung menunaikannya.
Usai rapat, Mukhtar menghampiri Chappy dan bos-bos perusahaan tambang tersebut untuk bersalaman. Namun, Mukhtar mengaku, Chappy malah menepis uluran tangannya dan kemudian menunjuk-nunjuk ke dadanya sembari membentak.
"Di mana saya tidak konsisten, jangan macam-macam, mana yang kau bilang tidak konsisten, mana- mana. Saya ini orang konsisten," kata Chappy, seperti ditirukan Mukhtar kepada wartawan. Setelah itu, Chappy meninggalkan ruangan Komisi VII. (Baca: Kementerian Energi Tolak Permintaan Pajak Tetap Freeport)