Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pengoperasian tiga proyek infrastruktur pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik PT Pertamina (Persero). Ketiga pembangkit itu meliputi PLTP Lahendong unit 5 dan 6 berkapasitas 2 x 20 MW di Tompaso, Sulawesi Utara, dan PLTP Ulubelu unit 3 berkapasitas 1 x 55 MW. Total nilai ketiga proyek itu sebesar Rp 6,18 triliun.
Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto menjelaskan, pembangunan PLTP Lahendong unit 5 dan 6 menghabiskan dana sekitar US$ 282,07 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun. Dua proyek itu secara berturut-turut sebenarnya ditargetkan rampung pada Desember ini dan Juni 2017, sejak mulai dikerjakan pada 5 Juli 2015.
Namun, dua proyek tersebut bisa diselesaikan lebih cepat, yakni masing-masing pada 15 September lalu atau lebih cepat tiga bulan dan 9 Desember lalu atau lebih cepat enam bulan. (Baca: Perusahaan Prajogo Beli Aset Chevron di Indonesia dan Filipina)
Menurut Dwi, pembangunan proyek PLTP Lahendong unit 5 dan 6 ini menggunakan skema total project, yakni proses pembangunannya hingga menghasilkan listrik. Proses pembangunannya menyerap tenaga kerja lokal sekitar 1.800 orang, dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 42,68 persen.
Penyelesaian dua proyek itu menambah kapasitas pembangkit di Area Lahendong menjadi 120 Mega Watt. Selain itu, memperkuat sistem ketenagalistrikan di Minahasa Sulawesi Utara, dengan teralirinya listrik kepada 240 ribu rumah tangga.
Proyek ketiga yang diresmikan Jokowi adalah PLTP Ulubelu unit 3. Dwi mengatakan, proyek ini menelan investasi sebesar US$ 250 juta atau Rp 2,8 triliun, dengan menggunakan skema yang sama. (Baca: Pemerintah Prioritaskan PP Pemanfaatan Langsung Panas Bumi)
PLTP Ulubelu unit 3 di Tanggamus, Lampung, ini mulai dikerjakan pada 5 Juli 2015 dengan target penyelesaian pada Agustus lalu. Namun, penyelesaian proyek yang menyerap tenaga kerja sekitar 3.000 orang dengan TKDN mencapai 50,89 persen ini lebih cepat satu bulan.
"Proyek-proyek yang diresmikan hari ini nilainya US$ 532,07 juta atau setara Rp 6,18 triliun dari total Rp 26 triliun yang dianggarkan Pertamina untuk proyek yang sedang berjalan sampai dengan 2020," ujar Dwi di Minahasa, seperti dikutip dari siaran pers Pertamina, Selasa (27/12). Ia pun mengapresiasi Pertamina Geothermal Energy (PGE) selaku anak usaha Pertamina, yang berhasil menyelesaikan proyek lebih cepat dari jadwal.
Sekadar informasi, Pertamina melalui PGE menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik panas bumi sebesar 1.037 MW hingga tahun 2021. Untuk mencapai target tersebut, Pertamina juga telah membangun beberapa pembangkit panas bumi yang memasuki tahap ground breaking.
(Baca: Menteri Rini Ungkap Keuntungan PGE Gabung PLN)
Antara lain, pembangkit Karaha Unit 1 dengan kapasitas 55 MW yang saat ini sudah mencapai 91 persen dan diharapkan rampung pada Mei 2017. Selain itu, proyek pembangkit panas bumi Lumut Balai Unit 1 & 2 berkapasitas 2x55 MW, yang pembangunannya telah mencapai 71 persen.
Adapun, proses pembangunan proyek Hululais 1 berkapasitas 55 MW dan Kerinci Unit 1 kapasitas 55 MW masing-masing mencapai 67 persen dan 43 persen.