PT Energi Mega Persada Tbk berencana menjual 50 persen hak kelolanya di Blok Buzi EPCC, Mozambik, Afrika. Di blok ini, perusahaan terafiliasi Grup Bakrie ini bertindak sebagai operator yang mengempit 75 persen hak kelola. Sedangkan sisa hak kelola sebesar 25 persen dimiliki oleh perusahaan migas nasional Afrika yakni ENH.
Direktur Utama Energi Mega Imam P. Agustino mengatakan, pihaknya menjual sebagian hak kelola tersebut supaya dapat berbagi risiko dalam pengelolaan Blok Buzi EPCC. Blok ini memiliki cadangan terbukti (P1) sebesar 29,5 miliar kaki kubik (bcf).
Saat ini, menurut dia, Energi Mega tengah menawarkan hak kelola itu kepada para calon investor baru. "Kami lagi bicara dengan calon pembeli," kata dia, di Jakarta Rabu (22/12). (Baca: Harga Minyak Rendah, Pendapatan Energi Mega Merosot 37 Persen)
Di sisi lain, produksi minyak dan gas bumi (migas) Energi Mega hingga September lalu cenderung menurun. Perusahaan ini hanya memproduksi 42,3 ribu barel setara minyak (mboepd). Padahal, pada periode sama tahun lalu, produksi migas perusahaan ini mencapai 46,6 mboepd.
Kontribusi terbesar dari capaian produksi Energi Mega tahun ini berasal dari wilayah kerja Kangean, yaitu 19,7 mboepd. Disusul Blok ONWJ yang berhasil memproduksi migas sebesar 11,6 mboepd. (Baca: Kinerja Produksi Pertamina di Blok ONWJ Belum Mencapai Target)
Tahun depan, Energi Mega menurunkan target produksi migasnya sekitar 40 mboepd. Penyebabnya ada beberapa lapangan yang produksinya menurun, seperti Blok Malacca Straits. Di blok ini Energi Mega bertindak sebagai operator dengan hak kelola 60,49 persen.
Energi Mega memiliki 10 wilayah kerja migas. Perinciannya, delapan wilayah kerja konvensional terdiri dari Gepang PSC, Malacca Straits PSC, Gelam TAC, ONWJ, Tonga PSC, Bentu PSC, Korinci Baru PSC, Kangean PSC dan Buzi di Afrika. Kemudian dua wilayah kerja non konvensional terdiri dari Sangatta II CBM PSC, dan Tabulako CBM PSC.
(Baca: Perusahaan Migas Bakrie Menunggak Gaji Karyawan)
Secara keseluruhan, dana investasi yang akan dikucurkan oleh Energi Mega tahun depan juga menurun sebesar 10 persen. Tahun depan, perusahaan ini menggelontorkan belanja modal sekitar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.